Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya berupaya semaksimal mungkin untuk menjauhkan warga sipil dari bahaya, saat perang melawan Hamas berkecamuk di Jalur Gaza. Namun, dia mengakui kegagalan upaya-upaya untuk meminimalkan korban jiwa warga sipil di Jalur Gaza.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (16/11/2023), Netanyahu menyampaikan pernyataan itu saat ditanya oleh media televisi AS CBS News soal apakah kematian ribuan warga Palestina di Jalur Gaza akibat pengeboman Israel, sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, akan memicu kebencian generasi baru.
"Setiap kematian warga sipil adalah tragedi. Dan kami seharusnya tidak mendapati hal tersebut, karena kami melakukan semuanya yang kami bisa untuk menjauhkan warga sipil dari bahaya, sementara Hamas membahayakan mereka," ucap Netanyahu menjawab pertanyaan CBS News.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kami mengirim selebaran, menelepon mereka lewat ponsel, dan kami mengatakan: 'Pergi'. Dan banyak yang telah pergi," sebutnya.
Israel telah menyatakan bahwa tujuan dari operasi militernya di Jalur Gaza adalah menghancurkan Hamas. Operasi militer itu, sebut Netanyahu, disertai upaya meminimalkan korban sipil. Namun menurutnya, upaya tersebut gagal.
"Hal lainnya yang bisa saya katakan adalah kami akan berusaha menyelesaikan pekerjaan ini dengan korban sipil yang minimal. Itulah yang berusaha kami lakukan: meminimalkan korban sipil. Namun sayangnya, kami tidak berhasil," ujar Netanyahu mengakui.
Warga sipil Palestina menanggung beban paling berat akibat operasi militer Israel selama berminggu-minggu, untuk merespons serangan Hamas pada awal Oktober lalu yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang. Hamas juga disebut menyandera lebih dari 240 orang lainnya, termasuk warga negara asing.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.