Nestapa Rumah Sakit (RS) Al-Shifa di Jalur Gaza, Palesina, yang terpaksa menghentikan operasional usai generator listrik mati akibat bahan bakar habis. Kondisi ini mengakibatkan bayi-bayi prematur meninggal dunia.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (13/11/2023), Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan pada Senin (13/11) waktu setempat bahwa seorang bayi prematur dan dua pasien meninggal dunia di RS Al-Shifa setelah rumah sakit itu kehabisan bahan bakar akibat pengepungan Israel.
Wakil Menteri Kesehatan Gaza, Youssef Abu Rish, menuturkan kepada AFP bahwa tambahan kematian itu menambah jumlah korban tewas di RS Al-Shifa sejak rumah sakit terbesar di Jalur Gaza itu berhenti beroperasi pada akhir pekan lalu menjadi enam bayi prematur dan sembilan pasien.
Ratusan pasien terjebak dan ribuan orang lainnya mencari perlindungan di area sekitar RS Al-Shifa, saat pasukan Israel mengepungnya pada awal pekan ini.
RS Al-Shifa yang terletak di Gaza City, kota terbesar di Jalur Gaza, telah menjadi titik fokus perang paling berdarah yang pernah terjadi di wilayah tersebut, yang dimulai sejak lima pekan lalu.
Pengeboman udara Israel terus berlanjut di Jalur Gaza, dengan laporan terbaru otoritas kesehatan setempat menyebut sedikitnya 11.180 orang tewas, termasuk 4.609 anak-anak.
Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah serangan lintas perbatasan yang mematikan terjadi pada 7 Oktober lalu. Otoritas Tel Aviv menyebut serangan Hamas itu menewaskan sekitar 1.200 orang, yang sebagian besar warga sipil, dan membuat lebih dari 240 orang lainnya disandera.
Israel Kepung RS Al-Shifa di Gaza
Israel juga dilaporkan mengepung rumah sakit Al-Shifa. Hal ini mengakibatkan ratusan pasien terjebak dan ribuan orang mencari perlindungan di sekitar rumah sakit Al-Shifa.
Pada hari Minggu (12/11) waktu setempat, para saksi di rumah sakit Al-Shifa mengatakan kepada AFP bahwa pertempuran sengit antara pasukan Israel dan Hamas terjadi sepanjang malam.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan-badan PBB lainnya, mengatakan sebanyak 3.000 pasien dan staf berlindung di dalam rumah sakit tersebut tanpa bahan bakar, air atau makanan yang memadai.
Dokter-dokter melaporkan dua bayi yang diinkubasi meninggal setelah listrik padam di unit neonatal dan seorang pria meninggal ketika ventilatornya mati.
"Sayangnya, rumah sakit tersebut tidak lagi berfungsi sebagai rumah sakit," kata Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, setelah melakukan kontak dengan staf di lapangan.
"Sudah tiga hari tanpa listrik, tanpa air," ujarnya, menggambarkan situasi di dalam sebagai "mengerikan dan berbahaya."
Israel mengklaim bahwa para milisi Hamas bersembunyi di dalam fasilitas tersebut dan kompleks terowongan bawah tanah sekitarnya. Klaim ini telah berulang kali dibantah oleh kelompok tersebut dan penduduk Gaza.
(lir/lir)