Militer Amerika Serikat melakukan dua serangan udara di Suriah terhadap Iran dan kelompok-kelompok sekutunya pada hari Minggu (12/11) waktu setempat. Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menyebut serangan itu sebagai respons terbaru terhadap serangkaian serangan terhadap pasukan Amerika di Suriah dan Irak.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan serangan itu menargetkan sebuah fasilitas pelatihan di dekat kota Albu Kamal dan sebuah rumah persembunyian di dekat kota Mayadeen. Dia mengatakan Presiden Joe Biden memerintahkan serangan tersebut.
"Presiden tak punya prioritas lebih tinggi selain keselamatan personel AS, dan dia memerintahkan tindakan hari ini untuk memperjelas bahwa Amerika Serikat akan membela dirinya, personelnya, dan kepentingannya," kata Austin dalam sebuah pernyataan, dikutip Al Arabiya dan Reuters, Senin (13/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber-sumber lokal juga mengatakan serangan itu menargetkan sebuah kamp yang dikelola oleh milisi pro-Iran di daerah sebelah barat Albu Kamal, di provinsi Deir al Zor. Serangan lainnya terjadi di dekat jembatan dekat kota Mayadeen, dekat perbatasan Irak dan benteng milisi pro-Iran, kata sumber tersebut.
Serangan tersebut adalah yang ketiga sejak 26 Oktober, ketika Amerika Serikat berupaya meredam rentetan serangan drone dan roket terhadap pasukan Amerika di Suriah dan Irak, yang dipicu oleh perang Israel-Hamas.
Simak Video: Jokowi Tiba di AS, Bakal Ketemu Biden Bahas Situasi Gaza
Iran dan para pendukungnya mengatakan bahwa Amerika Serikat ikut bertanggung jawab atas pernyataan perang Israel melawan kelompok Hamas, yang juga didukung oleh Iran.
Pasukan AS dan koalisi telah diserang setidaknya 40 kali di Irak dan Suriah oleh pasukan yang didukung Iran dalam beberapa pekan terakhir. Setidaknya 45 tentara AS dilaporkan menderita cedera otak traumatis atau luka ringan akibat serangan-serangan tersebut.
Diketahui bahwa Amerika Serikat memiliki 900 tentara di Suriah, dan 2.500 tentara lainnya di negara tetangga Irak. Pasukan AS tersebut dikerahkan dengan misi memberikan nasihat dan membantu pasukan lokal yang berupaya mencegah kebangkitan ISIS, yang pada tahun 2014 sempat menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah, namun kemudian berhasil dikalahkan.