Kesaksian Pilu Pengurus Jenazah di Gaza Kafani Mayat Tanpa Henti

Haris Fadhil - detikNews
Senin, 13 Nov 2023 06:03 WIB
Warga di Gaza menggelar salat jenazah korban tewas serangan Israel (Foto: REUTERS/IBRAHEEM ABU MUSTAFA)
Gaza -

Serangan Israel ke Gaza, Palestina, menyebabkan kesedihan mendalam bagi warga di wilayah itu. Salah satunya diceritakan Abu Saher al-Maghari yang mengurus mayat korban serangan Israel tanpa henti.

Al-Maghari telah mengurus ratusan jenazah dari orang-orang yang tewas akibat serangan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Dilansir Al Jazeera, Minggu (12/11/2023), al-Maghari bertugas sebagai pengurus jenazah di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah.

Pria berusia 53 tahun yang berpenampilan tenang ini telah 15 tahun menjadi pengurus jenazah di rumah sakit ini. Dia menjadi saksi betapa mengerikannya efek serangan Israel kepada tubuh warga Palestina.

Sejak 7 Oktober, al-Maghari telah menyaksikan gelombang besar jenazah yang banyak dari mereka kondisi tubuhnya telah terpisah. Dia mengaku belum pernah mengalami masa sesulit ini.

"Saya belum pernah mengalami masa sulit seperti ini dalam hidup saya," kata al-Maghari mengawali ceritanya.

"Selama bertahun-tahun bekerja, saya selalu menyaksikan 30 hingga maksimum 50 kematian alami setiap hari, dan dalam kasus eskalasi militer Israel sebelumnya, jumlahnya mungkin mencapai sekitar 60," kenangnya.

Namun kini, dia mengkafani lebih dari 100 jenazah dan terkadang bisa mencapai 200 jenazah dalam sehari. Dia mengatakan jumlah jenazah yang datang tergantung intensitas pemboman dan wilayah yang menjadi sasaran pesawat tempur Israel.

"Sebagian besar jenazah tiba di rumah sakit dalam kondisi sangat buruk. Anggota tubuh robek, memar parah dan luka dalam di sekujur tubuh. Saya belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya," ujarnya.

Jumlah terbesar korban yang diterimanya adalah anak-anak dan perempuan dengan kondisi luka yang dialami mayat-mayat tersebut masih asing baginya. Hatinya pun hancur karena melihat hal tersebut.

"Yang paling menyedihkan bagi saya adalah mengkafani anak-anak," kata al-Maghari.

"Hati saya hancur saat saya mengumpulkan anggota badan anak-anak yang terkoyak dan memasukkannya ke dalam satu kain kafan. Apa yang telah mereka lakukan?" sambungnya.

Sebagai informasi, lebih dari 11.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza dalam 34 hari terakhir. Jumlah ini mencakup lebih dari 4.400 anak-anak dan 2.900 perempuan.

Al-Maghari terkadang bekerja dengan asistennya mengkafani mayat dari jam 06.00 pagi hingga pukul 20.00 waktu setempat tanpa henti. Dia mengatakan beberapa jenazah yang tiba sudah dalam kondisi busuk dengan tulang terlihat dan bau tak tertahankan karena sudah berhari-hari terkubur di bawah reruntuhan bangunan yang dibom Israel.

"Saya memulai hari saya dengan menyelubungi orang mati dan dibunuh dari jam enam pagi sampai jam delapan malam tanpa henti," ujarnya kepada Al Jazeera saat hendak menuju tempat salat Ashar.

Dia mengatakan ada jenazah yang tiba dalam keadaan tercabik-cabik ataupun terbakar hingga tak bisa dikenali lagi. Dia mengatakan luka yang terjadi pada mayat itu sangat asing baginya sehingga dia bertanya-tanya apakah Israel menggunakan rudal dan bahan peledak berbeda dari serangan pada waktu sebelumnya.

"Misi saya memberi saya tantangan besar. Orang tua di luar menjadi gila karena kesedihan mereka, berteriak dan menangis untuk anak mereka. Jadi saya mencoba untuk berbelas kasih semampu saya dan berusaha membuat tubuh terlihat rapi sehingga mereka bisa mengucapkan selamat tinggal," ucapnya.

Dalam mengurus jenazah, l-Maghari memulainya dengan menyeka darah dan debu hingga akhirnya menuliskan nama korban di kain kafannya. Anggota keluarga yang masih hidup sangat terkejut melihat bagian tubuh orang yang mereka cintai terkoyak, yang kemudian dia tempatkan dengan hati-hati dalam satu kain kafan.

"Momen perpisahan terakhir ini selalu memilukan dan kejam. Kadang-kadang saya menerima jenazah yang tidak memiliki ciri-ciri, karena pecahan peluru yang dapat meledak. Di sini, saya mengikat kain kafan itu hingga tertutup agar anggota keluarga tidak mengingat orang yang mereka cintai dalam keadaan yang begitu gamblang," ujarnya.

Dia juga kerap terpaksa mengkafani jenazah di dalam ambulans karena terlalu sulit untuk membawa potongan-potongan tubuh ke ruang mayat. Al-Maghari mengatakan,jumlah jenazah yang tiba di Rumah Sakit Al-Aqsa bertambah dua kali lipat setelah adanya pengungsian massal warga Kota Gaza ke kota-kota di Jalur Gaza selatan.

Simak Video 'Kondisi Rumah Sakit di Gaza yang Kian Memprihatinkan':




(haf/haf)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork