Militer Israel terus melancarkan serangan-serangannya di wilayah Jalur Gaza. Para pakar hak asasi manusia (HAM) PBB, termasuk pelapor khusus untuk wilayah pendudukan Palestina, mengatakan bahwa "waktunya hampir habis untuk mencegah genosida dan bencana kemanusiaan di Gaza".
Israel telah membombardir Gaza setelah kelompok Hamas melakukan serangan besar-besaran di Israel pada 7 Oktober lalu. Menurut para pejabat Israel, serangan Hamas itu menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikendalikan Hamas mengatakan lebih dari 9.000 orang tewas dalam serangan balasan Israel, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tetap yakin bahwa rakyat Palestina berada pada risiko besar terjadinya genosida," kata para ahli HAM tersebut dalam pernyataan bersama, dikutip kantor berita AFP, Jumat (3/11/2023).
"Sekutu-sekutu Israel juga memikul tanggung jawab dan harus bertindak sekarang untuk mencegah tindakan mereka yang membawa bencana," imbuh mereka.
Para pelapor khusus PBB adalah tokoh independen yang tidak dibayar dan diberi mandat oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Mereka tidak berbicara mewakili PBB, namun melaporkan temuan mereka sebagai bagian dari mekanisme pencarian fakta dan pemantauan yang dilakukan dewan tersebut.
"Situasi di Gaza telah mencapai titik kritis," kata para ahli tersebut, seraya memperingatkan "kebutuhan mendesak" akan makanan, air, obat-obatan, bahan bakar dan pasokan penting serta risiko bahaya kesehatan yang mungkin terjadi.
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh Francesca Albanese, pelapor khusus mengenai situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina yang diduduki sejak tahun 1967.
Para ahli PBB menyerukan pembebasan segera semua warga sipil yang ditawan sejak serangan Hamas.
Simak Video 'Wapres AS Sedih Lihat Korban Berjatuhan di Gaza, Tapi Tetap Dukung Israel':
"Semua pihak harus mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum kemanusiaan dan hak asasi manusia internasional," kata mereka.
"Kami menuntut gencatan senjata kemanusiaan untuk memastikan bahwa bantuan menjangkau mereka yang paling membutuhkan. Gencatan senjata juga berarti saluran komunikasi dapat dibuka untuk memastikan pembebasan sandera," kata para ahli itu.
Pemerintah Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan 195 orang tewas dalam dua hari serangan Israel di Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza, dan ratusan orang lainnya hilang dan terluka - angka yang tidak dapat diverifikasi secara independen oleh AFP.
Para ahli PBB menyuarakan "kengerian yang semakin mendalam" mengenai serangan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan merupakan kejahatan perang".
"Menyerang sebuah kamp yang menampung warga sipil termasuk perempuan dan anak-anak merupakan pelanggaran total terhadap aturan proporsionalitas dan perbedaan antara kombatan dan warga sipil," kata para ahli PBB tersebut.
"Israel dan kelompok-kelompok bersenjata Palestina harus ingat bahwa perang pun mempunyai aturan," imbuh mereka.