Pemerintah Iran mengatakan 'wajar' bagi kelompok-kelompok yang didukung Teheran, atau proksi, untuk tidak 'tinggal diam' dan menyerang Israel. Hal ini disampaikan saat perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, juga adanya serangan dari kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon dan Yaman.
Teheran bahkan kembali memperingatkan adanya dampak yang lebih luas jika gencatan senjata tidak juga tercapai di Jalur Gaza yang terus digempur Israel.
Seperti dilansir AFP, Rabu (1/11/2023), peringatan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian saat bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dan Menlu Qatar Mohammed bin Abdulrahman di Doha untuk membahas dorongan bagi terobosan diplomatik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tergolong wajar jika kelompok dan gerakan perlawanan tidak tinggal diam terhadap semua kejahatan ini (yang dilakukan oleh Israel)," sebut Amir-Abdollahian dalam pernyataannya saat pertemuan itu, seperti disampaikan oleh kementeriannya.
"Mereka tidak akan menunggu saran siapa pun, oleh karena itu, kita perlu menggunakan peluang politik terakhir untuk menghentikan perang," ucapnya setelah melakukan pembicaraan dengan Sheikh Tamim.
Amir-Abdollahian juga memperingatkan bahwa situasi bisa menjadi 'tidak terkendali'.
Israel melancarkan serangan udara besar-besaran dan tanpa henti terhadap Jalur Gaza, yang dimaksudkan membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang. Lebih dari 230 sandera, menurut otoritas Israel, juga dibawa Hamas ke Jalur Gaza.
Otoritas kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, melaporkan lebih dari 8.500 orang tewas akibat gempuran Israel selama tiga pekan terakhir. Angka itu dilaporkan mencakup 3.500 anak-anak.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Iran Tuding AS Otak Kejahatan Israel di Gaza':
Dalam situasi krisis yang meningkat, kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon dan Suriah serta Yaman telah melancarkan serangan lintas perbatasan yang dikhawatirkan bisa semakin mengobarkan konflik di kawasan tersebut.
Pernyataan Amir-Abdollahian itu disampaikan beberapa jam setelah pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone terhadap wilayah Israel bagian selatan. Houthi bahkan bersumpah akan terus melanjutkan serangan-serangannya.
Tak lama setelah itu, militer Israel mengumumkan bahwa pasukannya telah mencegat 'rudal permukaan-ke-permukaan' yang diluncurkan ke wilayah Israel dari Laut Merah. Militer Israel mengklaim rudal itu 'berhasil dicegat' oleh sistem pertahanan udara Arrow.
Menlu Qatar Mohammed bin Abdulrahman, dalam pernyataan terpisah via media sosial X, mengatakan dirinya dan Amir-Abdollahian telah membahas soal 'eskalasi konfrontasi yang berbahaya di Jalur Gaza dan Tepi Barat, serta pentingnya memajukan upaya gencatan senjata segera'.
"Kami juga menekankan perlunya mengintensifkan upaya-upaya regional untuk mencegah semakin meluasnya kekerasan dan konflik di kawasan," sebutnya.
Baik Iran maupun Qatar merupakan pendukung kuat perjuangan Palestina dan memiliki saluran komunikasi terbuka dengan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza.
Qatar tidak hanya menjadi lokasi pangkalan militer terbesar Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah ini, tapi juga menjadi lokasi kantor biro politik Hamas dan kediaman utama pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang mengasingkan diri.
Laporan kantor berita resmi IRNA melaporkan Amir-Abdollahian juga bertemu dengan Haniyeh di Doha dan 'membahas situasi di Jalur Gaza' sebelum meninggalkan Qatar untuk pergi ke Turki.