Truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Jalur Gaza tertahan di sisi perbatasan Mesir hingga Rabu (18/10) waktu setempat. Otoritas Kairo menyalahkan Israel yang disebutnya tidak mengizinkan bantuan kemanusiaan itu disalurkan kepada warga sipil di Jalur Gaza.
Seperti dilansir AFP, Rabu (18/10/2023), Menteri Luar Negeri (Menlu) Mesir Sameh Shoukry membantah klaim-klaim 'tidak akurat' yang menuduh Kairo telah menutup satu-satunya perlintasan perbatasan dengan Jalur Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel.
"Sejauh yang kami ketahui, perlintasan perbatasan Rafah di sisi kami secara resmi dibuka," tegas Shoukry saat berbicara kepada media terkemuka Inggris, BBC.
Dia mengatakan bahwa truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan itu sedang menunggu jaminan 'kondisi aman' setelah perlintasan perbatasan 'mengalami empat pengeboman udara yang membuat perlintasan perbatasan itu tidak bisa diakses'.
Dalam wawancara terpisah dengan CNN, Shoukry menyebut salah satu serangan terjadi saat 'kami berusaha memperbaiki kerusakan, dan empat pekerja Mesir mengalami luka-luka'.
Jalur Gaza dilaporkan hampir kehabisan pasokan listrik, makanan, air dan bahan bakar, setelah pengepungan dan serangan udara Israel terus dilancarkan selama 12 hari terakhir. Gempuran Israel itu dimaksudkan sebagai balasan atas serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang.
Sejauh ini, menurut otoritas kesehatan Palestina, lebih dari 3.000 orang tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza. Situasi semakin memprihatinkan dengan para petugas tanggap darurat di Jalur Gaza mengatakan operasi penyelamatan hampir mustahil dilakukan dan kamar mayat telah kehabisan ruang.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/ita)