Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan peringatan bagi warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Lebanon. Departemen Luar Negeri AS juga mengizinkan keberangkatan personel pemerintah non-darurat dari Lebanon karena "situasi keamanan yang tidak dapat diprediksi" di negara tersebut.
Departemen Luar Negeri AS menaikkan Travel Advisory ke Level 4 untuk mencerminkan keberangkatan beberapa personel non-darurat Kedutaan Besar AS di Beirut dan anggota keluarga yang memenuhi syarat.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan situasi keamanan yang dimaksud adalah akibat dari baku tembak roket, rudal, dan artileri antara Israel dan Hizbullah atau faksi-faksi milisi bersenjata lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertimbangkan kembali perjalanan ke Lebanon karena terorisme, kerusuhan sipil, konflik bersenjata, kejahatan, penculikan, dan terbatasnya kapasitas Kedutaan Besar Beirut untuk memberikan dukungan kepada warga AS," kata Departemen Luar Negeri AS dalam peringatannya, dikutip kantor berita AFP, Rabu (18/10/2023).
Para pejabat AS mengatakan peringatan perjalanan itu bersifat proaktif dan bukan merupakan tanda intelijen tertentu yang menunjukkan bahwa situasi di Lebanon akan segera memburuk.
Ratusan demonstran berkumpul di dekat Kedutaan Besar AS di Beirut untuk memprotes pengeboman Israel terhadap sebuah rumah sakit di Gaza, yang mengakibatkan sedikitnya 500 kematian menurut Kementerian Kesehatan Hamas.
Sebelumnya, setelah serangan Hamas terhadap Israel pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Lloyd Austin memerintahkan pengerahan dua kapal induk AS ke Mediterania Timur dan penambahan jet tempur.
Para pejabat Pentagon mengatakan peningkatan kehadiran militer di Timur Tengah dimaksudkan sebagai sinyal pencegahan bagi Iran, Hizbullah Lebanon, dan proksi lainnya di wilayah tersebut setelah serangan Hamas.
Washington telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Hizbullah dapat menyerang Israel dari utara. Baku tembak lintas batas telah terjadi setelah serangan roket dan rudal dari faksi-faksi Palestina di Lebanon mengakibatkan pembalasan Israel terhadap sasaran Hizbullah. Akibatnya, setidaknya sembilan milisi Hizbullah telah tewas, menurut kelompok itu.