Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan bahwa warga Gaza harus "tetap tabah dan tetap berada di tanah mereka". Hal ini disampaikan Sisi di tengah seruan agar Mesir mengizinkan perjalanan yang aman bagi warga sipil yang terjebak di Gaza.
Perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza adalah satu-satunya jalan masuk dan keluar dari wilayah Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel.
Israel telah membombardir Jalur Gaza yang dikuasai Hamas sejak Sabtu (7/10) sebagai pembalasan atas serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel, yang telah menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Israel bahkan disebut siap mengirim pasukan darat ke Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisi mengatakan bahwa pemerintah Mesir berkomitmen untuk memastikan pengiriman "bantuan, baik medis dan kemanusiaan di masa sulit ini". Pemimpin Mesir itu pun menegaskan "posisi tegas" Kairo untuk memastikan "hak-hak sah" warga Palestina.
Namun Sisi menekankan, dalam pidatonya di sebuah upacara militer, dikutip kantor berita AFP, Jumat (13/10/2023), bahwa warga Gaza harus "tetap tabah dan tetap berada di tanah mereka".
Jalur Gaza yang dihuni 2,4 juta orang, sudah diblokade sejak 2007, dan kini dikepung oleh Israel yang telah memutus pasokan air, makanan, dan listrik.
Serangan udara dan artileri Israel yang tiada henti selama enam hari terakhir telah menghancurkan seluruh distrik.
Mesir, yang secara historis merupakan perantara utama antara Hamas dan Israel, telah meminta para donatur untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan menuju Gaza ke bandara El Arish. Namun, dia menolak seruan untuk mengizinkan warga Palestina yang melarikan diri masuk ke wilayahnya.
Simak Video 'Jumlah Pengungsi Akibat Konflik Hamas-Israel Mencapai 338 Ribu Jiwa':
Dalam beberapa hari terakhir, media yang berhubungan dengan pemerintah Mesir telah mengutip peringatan sumber-sumber keamanan tingkat tinggi akan adanya eksodus massal warga Palestina, yang "dipaksa untuk memilih antara mati akibat pemboman Israel atau terusir dari tanah mereka".
Pemerintah Mesir telah mendorong solusi diplomatik dan meminta kedua belah pihak menahan diri, sementara Sisi menegaskan keamanan nasional negaranya adalah "tanggung jawab utamanya".
Pada hari Kamis (12/10), Sisi mengatakan bahwa Mesir telah menampung "sembilan juta tamu, begitu saya menyebutnya, dari banyak negara yang datang ke Mesir demi keamanan dan keselamatan".
Namun kasus warga Gaza "berbeda", ujar Sisi, karena perpindahan mereka berarti "penghapusan perjuangan (Palestina)".
Mesir adalah negara Arab pertama yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 1979, setelah perang yang berakhir pada tahun 1973, dengan Mesir mendapatkan kembali Semenanjung Sinai dari kendali Israel.