Rentetan serangan semacam itu tergolong jarang terjadi di wilayah Quito. Ekuador sebelumnya merupakan negara yang damai yang terhimpit di tengah dua negara produsen kokain terbesar di dunia, Kolombia dan Peru.
Namun, perang melawan narkoba di negara-negara Amerika Selatan lainnya memaksa kartel-kartel narkoba pindah di Ekuador, yang memiliki pelabuhan-pelabuhan besar di Pasifik dengan kontrol yang longgar, praktik korupsi meluas dan perekonomian yang menggunakan dolar.
Selain menjadikan Ekuador untuk mengekspor kokain dalam jumlah besar ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) -- seringkali dalam wadah ekspor utamanya, pisang -- kehadiran kartel narkoba yang kuat telah memicu konflik berdarah antar geng yang bersaing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindak kekerasan terbaru ini terjadi setelah pembunuhan keji calon presiden (capres) Ekuador, Fernando Villavicencio, yang ditembak mati di depan umum setelah menghadiri acara kampanye. Kematian Villavicencio yang seorang jurnalis dan pejuang antikorupsi itu terjadi setelah dia menerima ancaman dari salah satu geng kriminal paling berpengaruh di Ekuador.
Pada Rabu (30/8) waktu setempat, enam warga Kolombia yang dituduh melakukan pembunuhan itu dipindahkan ke penjara lainnya demi menghindari kekerasan antar geng kriminal yang terjadi.
Pada hari yang sama, ratusan tentara dan polisi menggerebek sebuah penjara di kota Latacunga untuk menyita persenjataan, amunisi dan peledak. Otoritas Ekuador menduga aksi penyanderaan itu sebagai reaksi atas penggerebekan tersebut.
(nvc/idh)