Quito -
Sebanyak 57 sipir dan polisi Ekuador yang disandera oleh para narapidana di sebanyak enam penjara berbeda di negara tersebut akhirnya dibebaskan. Insiden ini menjadi yang terbaru dalam serangkaian kekacauan terkait narkotika yang menyelimuti Ekuador beberapa waktu terakhir.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (2/9/2023), otoritas penjara Ekuador, SNAI, menyatakan bahwa 50 sipir dan tujuh polisi yang disandera di enam penjara setempat 'telah dibebaskan dan sedang menjalani pemeriksaan medis untuk memverifikasi status kesehatan mereka'.
Ditegaskan bahwa semua sipir dan polisi itu tampak dalam keadaan sehat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otoritas setempat mengumumkan penyanderaan yang terjadi pada Kamis (31/8) waktu setempat, namun masih belum jelas kapan para sipir dan polisi itu disekap dan di penjara mana saja.
Di salah satu penjara di kota Andes, Cuenca, pada Jumat (1/9) pagi waktu setempat, tiga narapidana berdiri di atap dan berteriak kepada kerumunan orang-orang berseragam agar mundur. Salah satu narapidana itu tampak memegang sebuah walkie-talkie di tangannya.
Kabar soal penyanderaan sipir dan polisi oleh para narapidana itu muncul setelah dua bom mobil meledak di dekat gedung milik otoritas penjara SNAI di Quito pada Rabu (30/8) malam waktu setempat. Tidak ada laporan korban luka akibat ledakan itu.
Tiga ledakan lainnya, yang dipicu granat, juga mengguncang Quito, ibu kota Ekuador pada hari yang sama.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Rentetan serangan semacam itu tergolong jarang terjadi di wilayah Quito. Ekuador sebelumnya merupakan negara yang damai yang terhimpit di tengah dua negara produsen kokain terbesar di dunia, Kolombia dan Peru.
Namun, perang melawan narkoba di negara-negara Amerika Selatan lainnya memaksa kartel-kartel narkoba pindah di Ekuador, yang memiliki pelabuhan-pelabuhan besar di Pasifik dengan kontrol yang longgar, praktik korupsi meluas dan perekonomian yang menggunakan dolar.
Selain menjadikan Ekuador untuk mengekspor kokain dalam jumlah besar ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) -- seringkali dalam wadah ekspor utamanya, pisang -- kehadiran kartel narkoba yang kuat telah memicu konflik berdarah antar geng yang bersaing.
Tindak kekerasan terbaru ini terjadi setelah pembunuhan keji calon presiden (capres) Ekuador, Fernando Villavicencio, yang ditembak mati di depan umum setelah menghadiri acara kampanye. Kematian Villavicencio yang seorang jurnalis dan pejuang antikorupsi itu terjadi setelah dia menerima ancaman dari salah satu geng kriminal paling berpengaruh di Ekuador.
Pada Rabu (30/8) waktu setempat, enam warga Kolombia yang dituduh melakukan pembunuhan itu dipindahkan ke penjara lainnya demi menghindari kekerasan antar geng kriminal yang terjadi.
Pada hari yang sama, ratusan tentara dan polisi menggerebek sebuah penjara di kota Latacunga untuk menyita persenjataan, amunisi dan peledak. Otoritas Ekuador menduga aksi penyanderaan itu sebagai reaksi atas penggerebekan tersebut.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini