Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol menyerukan untuk memobilisasi semua kekuatan yang ada, menyusul serangkaian insiden penikaman yang menggegerkan negara yang memiliki tingkat kejahatan rendah itu. Kepolisian Korsel pun mengumumkan bahwa mereka "tidak akan ragu" untuk menggunakan senjata api mereka dalam menghadapi insiden tersebut.
Penikaman massal kedua dalam dua minggu terjadi pada Kamis (3/8) di Bundang, sekitar 20 kilometer (12 mil) tenggara Seoul, ibu kota Korsel, ketika seorang penyerang mengendarai mobil ke jalur pejalan kaki sebelum menyerang orang-orang di sebuah department store. Belasan orang luka-luka dalam insiden itu, dengan dua orang di antaranya saat ini masih dalam kondisi kritis.
"Serangan menggunakan pisau tanpa pandang bulu di Stasiun Seohyeon adalah tindakan terorisme terhadap warga yang tidak bersalah," kata Yoon dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya, seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (4/8/2023).
"Pemerintah harus mengerahkan seluruh aparat kepolisian agar masyarakat tidak resah," ujarnya seraya menambahkan bahwa pesan-pesan ancaman juga muncul di media sosial.
Beberapa jam setelah pernyataan presiden, seorang guru sekolah menengah dilaporkan diserang dengan pisau di Daejeon, sekitar 139 kilometer selatan Seoul.
Kedua serangan itu terjadi menyusul insiden pada 21 Juli, ketika satu orang tewas dan tiga orang lainnya luka-luka dalam aksi penusukan di Seoul.
Menyebut karena situasi "darurat yang mendesak", kepolisian mengumumkan peluncuran "inisiatif keamanan khusus" untuk mengatasi kekerasan terkait pisau dan mencegah kejahatan serupa.
"Kami akan memaksimalkan penggunaan pasukan polisi, seperti polisi setempat, unit polisi anti huru hara, dan detektif," kata Yoon Hee-keun, komisaris jenderal Badan Kepolisian Nasional, kepada wartawan, Jumat (4/8)
Simak juga Video: Gelombang Panas di Korsel Telan 23 Korban Jiwa
(ita/ita)