Rentetan serangan penikaman brutal di wilayah Korea Selatan (Korsel) beberapa waktu terakhir membuat publik terkejut dan diselimuti kekhawatiran baru. Korsel selama ini dianggap sebagai negara yang aman dengan tingkat pembunuhan rendah dan aturan pembatasan senjata yang ketat.
Seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (4/8/2023), insiden terbaru terjadi pada Jumat (4/8) waktu setempat, di mana seorang guru di sekolah menengah di kota Daejeon tiba-tiba ditikam. Seorang pria telah ditangkap terkait penikaman di Daejeon itu.
Sehari sebelumnya, atau pada Kamis (3/8) waktu setempat, seorang pria menabrakkan mobilnya ke arah para pejalan kaki, kemudian keluar dari mobil dan menikam banyak orang di dalam pusat perbelanjaan di wilayah Seongnam. Pria itu ditangkap oleh polisi di lokasi kejadian.
Sebanyak 14 orang mengalami luka-luka, termasuk dua orang yang kini dalam kondisi kritis di rumah sakit. Pusat perbelanjaan itu terhubung dengan Stasiun Seohyeon, dan didatangi banyak pengguna kereta dan orang-orang yang berbelanja.
Aksi penikaman serupa terjadi di Seoul, bulan lalu, yang menewaskan satu orang dan melukai tiga orang lainnya.
Laporan kantor berita Yonhap menyebut tersangka penikaman pada Kamis (3/8) waktu setempat diidentifikasi sebagai seorang pria berusia 22 tahun bermarga Choi, yang memiliki masalah kesehatan mental.
Para penyidik mengungkapkan bahwa tersangka putus sekolah dari menderita fobia sosial dan didiagnosis dengan gangguan kepribadian schizoid. Dia berbicara dengan tidak jelas selama interogasi awal oleh kepolisian, dan mengklaim 'sekelompok orang tertentu sedang menguntit dan berusaha membunuhnya'.
"Saya selalu mengatakan kepada anak-anak saya untuk berhati-hati ketika mereka pergi ke luar negeri karena takut serangan bersenjata, tapi sekarang saya lebih takut berada di Korea Selatan," ucap seorang warga Seongnam, Lee Youngja, yang berusia 78 tahun, saat berbicara kepada Reuters.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
(nvc/ita)