Sedikitnya enam orang tewas dalam bentrokan yang pecah di kamp pengungsi Palestina, Ain al-Helweh, yang ada di wilayah Lebanon bagian selatan yang bergolak. Bentrokan berdarah itu terjadi antara anggota gerakan sekuler Fatah dan anggota kelompok Islamis yang ada di kamp pengungsi tersebut.
Seperti dilansir AFP, Senin (31/7/2023), bentrokan yang terjadi pada Minggu (30/7) waktu setempat itu dilaporkan oleh gerakan Fatah yang menaungi Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan seorang sumber di kamp pengungsi tersebut.
Fatah mengatakan bahwa bentrokan itu menewaskan seorang pemimpin militer Fatah dan empat rekannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang sumber Palestina yang ada di dalam kamp pengungsi itu melaporkan bahwa seorang 'Islamis dari kelompok al-Shabab al-Muslim' juga tewas dalam bentrokan itu, sedangkan enam orang lainnya dari kelompok Islamis itu, termasuk pemimpinnya, mengalami luka-luka.
Penyebab bentrokan mematikan itu belum diketahui secara jelas.
Laporan kantor berita resmi Lebanon, NNA, menyebutkan bahwa 'jumlah korban tewas sementara' mencapai enam orang dan lebih dari 30 orang lainnya mengalami luka-luka dalam bentrokan di Ain al-Helweh, yang merupakan kamp terbesar dari total 12 kamp pengungsi Palestina yang ada di wilayah Lebanon.
NNA juga melaporkan sebuah sejumlah peluru nyasar memicu kerusakan pada beberapa rumah yang ada di area kamp pengungsi tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Fatah, dalam pernyataannya, mengonfirmasi kematian komandan sayap militer mereka, Ashraf al-Armouchi, dan empat rekannya selama 'operasi keji' itu.
Pernyataan Fatah itu juga mengecam 'kejahatan keji dan pengecut' yang bertujuan merusak 'keamanan dan stabilitas' di kamp-kamp pengungsi Palestina yang ada di Lebanon.
Militer Lebanon, dalam pernyataan terpisah via X atau Twitter, menyebut seorang tentaranya mengalami luka-luka dalam bentrokan itu, akibat terkena serpihan peluru dari 'mortir yang jatuh di salah satu pos militer'. Kondisi sang tentara itu dilaporkan stabil di rumah sakit setempat.
Perdana Menteri (PM) Lebanon Najib Mikati menyebut waktu terjadinya bentrokan itu 'mencurigakan dalam konteksi regional dan internasional saat ini'. Mikati mengkritik 'upaya berulang kali untuk menggunakan Lebanon' sebagi medan pertempuran untuk menyelesaikan perselisihan orang luar 'dengan mengorbankan Lebanon dan warga Lebanon'.
"Kami menyerukan kepemimpinan Palestina untuk bekerja sama dengan militer dalam mengendalikan situasi keamanan dan menyerahkan kepada pihak berwenang Lebanon, pihak-pihak yang memicu bahaya," cetus Mikati.
Secara terpisah, kepresidenan Palestina mengecam 'pembantaian keji dan pembunuhan teroris' terhadap anggota-anggota Fatah.
"Ini melanggar semua garis merah dan merusak keamanan di Lebanon," tegas kepresidenan Palestina dalam pernyataannya.
Bentrokan antara kelompok-kelompok yang bermusuhan tergolong hal biasa yang terjadi di Ain al-Helweh, yang menampung lebih dari 54.000 pengungsi Palestina yang terdaftar dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan konvensi lama, tentara-tentara Lebanon tidak bisa memasuki area kamp pengungsi Palestina di wilayahnya, yang membuat para faksi di dalamnya menangani situasi keamanan sendiri.