Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen, salah satu pemimpin terlama di dunia, mengatakan dia mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan kepada putra sulungnya, setelah hampir empat dekade memimpin negara Asia Tenggara itu.
Dilansir kantor berita AFP, Rabu (26/7/2023), Hun Sen telah memimpin kerajaan tersebut sejak 1985, menyingkirkan semua oposisi terhadap kekuasaannya, dengan partai oposisi dilarang, para penantang terpaksa melarikan diri dan kebebasan berekspresi dikekang.
Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang dipimpinnya menang telak dalam pemilihan pada hari Minggu lalu tanpa oposisi yang berarti, dengan meraup 82 persen suara. Ini membuka jalan bagi suksesi dinasti untuk putra sulungnya, yang beberapa kritikus telah dibandingkan dengan Korea Utara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin meminta pengertian dari masyarakat saat saya mengumumkan bahwa saya tidak akan melanjutkan sebagai perdana menteri," kata pria berusia 70 tahun itu dalam siaran khusus di televisi pemerintah.
Otoritas pemilihan mendiskualifikasi satu-satunya penantang serius, Partai Cahaya Lilin, secara teknis sebelum pemilihan, dan CPP diharapkan memenangkan semua kecuali lima kursi majelis rendah.
Pemerintah Kamboja memuji 84,6 persen jumlah pemilih sebagai bukti "kedewasaan demokrasi" negara itu, tetapi kekuatan Barat termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa mengutuk pemilihan itu sebagai tidak bebas dan tidak adil.
Di bawah PM Hun Sen, Kamboja telah mendekat ke Beijing, mendapat manfaat dari investasi besar China dan proyek infrastruktur, termasuk pembangunan kembali pangkalan angkatan laut yang telah mengkhawatirkan Washington.
Simak juga 'Saat Polisi Periksa Kesehatan 3 Korban TPPO Jual Ginjal di Kamboja':
Sebelumnya, Hun Sen telah menyatakan bahwa dalam sebuah transisi kepemimpinan yang hanya terjadi sekali dalam satu generasi itu, dia akan segera menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada putra sulungnya, Hun Manet, untuk masa jabatan lima tahun mendatang.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh Hun Sen menggunakan sistem hukum untuk menghancurkan setiap penentang pemerintahannya -- termasuk para aktivis dan pemimpin serikat pekerja yang menyusahkan serta para politisi.
Puluhan politisi oposisi telah dihukum dan dipenjara selama masa kekuasaannya.