Penjaga perbatasan Libya telah menyelamatkan puluhan migran yang diduga telah ditinggalkan di padang pasir oleh otoritas Tunisia. Mereka disebut tak memiliki air, makanan, atau tempat berlindung.
Dilansir AFP, Minggu (16/7/2024), ratusan migran dari negara-negara sub-Sahara Afrika dibawa paksa ke daerah gurun. Hal ini terjadi setelah kerusuhan rasial pada awal Juli di Sfax, kota terbesar kedua di Tunisia.
Para migran itu tampak kelelahan dan dehidrasi. Mereka duduk atau berbaring di atas pasir dan menggunakan semak-semak untuk mencoba dan melindungi diri dari terik musim panas yang mencapai 40 derajat Celcius.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok yang terdiri dari sedikitnya 80 migran itu ditemukan di daerah tak berpenghuni dekat Al-Assah, sebuah kota dekat perbatasan Tunisia-Libya. Lokasinya hampir 150 kilometer dari barat Tripoli.
Agen perbatasan Libya akhirya memberikan mereka air dan membawanya tempat penampungan. Dalam sebuah video yang dibagikan di halaman Facebook unit Libya yang berpatroli di perbatasan, seorang petugas terdengar berkata, "Apakah Anda melihat mereka? Menyedihkan. Mereka diusir dari Tunisia ke Libya,".
"Kami menemukan kelompok lain dengan anak-anak dan perempuan," tambah petugas sambil menunjuk ke arah perbatasan Tunisia beberapa ratus meter jauhnya.
Video tersebut juga memperlihatkan seorang migran yang diselamatkan dari daerah perbatasan pada hari Sabtu (15/7). Mereka mengatakan bahwa polisi Tunisia mendeportasi kami ke Libya.
Tanpa bantuan dari penjaga perbatasan Libya, salah satu migran menyebut dirinya akan mati di padang pasir. Di sisi lain, pria itu juga ingin kembali ke Tunisia di mana istri dan anak-anaknya tinggal.
Ratusan migran melarikan diri atau dipaksa keluar dari Sfax Tunisia setelah ketegangan rasial berkobar menyusul pembunuhan seorang pria Tunisia pada 3 Juli dalam pertengkaran antara penduduk lokal dan migran.
Pelabuhan Sfax adalah titik keberangkatan bagi banyak migran dari negara-negara miskin dan dilanda kekerasan yang mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa dengan melakukan penyeberangan Mediterania yang berbahaya, seringkali dengan perahu darurat.
Simak juga Video: Kapal Karam, 11 Mayat Imigran Ditemukan di Pantai Libya