Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, mengecam pembakaran Al Quran, kitab suci agama Islam, yang pekan lalu terjadi di Swedia. Paus Fransiskus mengakui aksi provokatif semacam itu membuat dirinya marah dan muak.
Ditegaskan juga oleh Paus Fransiskus, seperti dilansir Reuters, Senin (3/7/2023), bahwa dirinya menolak untuk mengizinkan tindakan semacam itu sebagai bentuk kebebasan berbicara. Dia juga menegaskan bahwa kebebasan berbicara tidak seharusnya menjadi sarana untuk merendahkan orang lain.
"Buku apa pun yang dianggap suci harus dihormati untuk menghormati orang-orang yang mempercayainya," tegas Paus Fransiskus dalam wawancara dengan surat kabar Uni Emirat Arab, Al Ittihad, yang diterbitkan pada Senin (3/7) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya merasa marah dan muak dengan tindakan ini," ucapnya.
"Kebebasan berbicara tidak boleh digunakan sebagai sarana untuk merendahkan orang lain dan membiarkan apa yang ditolak dan dikecam," cetus Paus Fransiskus.
Dalam aksi yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia, seorang pria bernama Salwan Momika (37) yang merupakan pengungsi Irak merobek dan membakar Al Quran di luar sebuah masjid besar di ibu kota Stockholm Swedia, pekan lalu.
Negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Indonesia, mengecam keras aksi itu.
Simak Video 'Protes Pembakaran Al-Quran, Warga Pakistan Demo di Karachi':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Aksi provokatif Momika itu diketahui mendapatkan izin dari Kepolisian Swedia yang menyebut perlindungan kebebasan berbicara sebagai dasar dari izin tersebut.
Namun belakangan, Kepolisian Swedia menjeratkan dakwaan 'penghasutan terhadap kelompok etnis' terhadap Momika, karena dia memilih untuk membakar Al Quran di lokasi yang begitu dekat dengan masjid.
Momika yang melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun lalu, seperti dilansir Arab News, menuturkan dirinya ingin menyoroti pentingnya kebebasan berbicara. "Ini adalah demokrasi. Ini dalam bahaya jika mereka memberitahu kita bahwa kita tidak bisa melakukan ini," ucapnya.
Perdana Menteri (PM) Swedia Ulf Kristersson sebelumnya menyebut aksi Momika itu 'legal tapi tidak pantas'. Pada Minggu (2/7) waktu setempat, pemerintah Swedia memberikan tanggapan lebih tegas dengan mengutuk keras pembakaran Al Quran oleh Momika itu dan menyebutnya sebagai 'Islamofobia'.
"Pemerintah Swedia memahami sepenuhnya bahwa tindakan Islamofobia yang dilakukan oleh individu pada demonstrasi di Swedia dapat menyinggung umat Islam," kata Kementerian Luar Negeri Swedia dalam pernyataannya seperti dilansir AFP.
"Kami mengutuk keras tindakan ini, yang sama sekali tidak mencerminkan pandangan pemerintah Swedia," tambah pernyataan itu.