Abaikan Kekhawatiran Barat, Arab Saudi Ingin Kolaborasi dengan China

Abaikan Kekhawatiran Barat, Arab Saudi Ingin Kolaborasi dengan China

Rita Uli Hutapea - detikNews
Senin, 12 Jun 2023 10:06 WIB
A Saudi Arabian flag flies on Saudi Arabias consulate in Istanbul on October 4, 2018. - Jamal Khashoggi, a veteran Saudi journalist who has been critical towards the Saudi government has gone missing after visiting the kingdoms consulate in Istanbul on October 2, 2018, the Washington Post reported. (Photo by OZAN KOSE / AFP)
Ilustrasi bendera Arab Saudi (Foto: AFP/OZAN KOSE)
Jakarta -

Pemerintah Arab Saudi menyatakan ingin berkolaborasi dengan China, bukan untuk bersaing. Hal itu disampaikan Menteri Energi kerajaan tersebut seraya menegaskan bahwa Saudi "mengabaikan" kekhawatiran Barat atas hubungan mereka yang berkembang.

Dilansir kantor berita Reuters, Senin (12/6/2023), sebagai pengekspor minyak utama dunia, hubungan bilateral Arab Saudi dengan konsumen energi terbesar dunia tersebut ditopang oleh ikatan hidrokarbon. Tetapi kerja sama antara Riyadh dan Beijing juga telah meningkat di bidang keamanan dan teknologi sensitif di tengah menghangatnya hubungan politik mereka - yang menjadi kekhawatiran AS.

Ditanya tentang kritik Barat terhadap hubungan bilateral tersebut, Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz Salman berkata: "Saya benar-benar mengabaikannya karena ... sebagai pebisnis .. sekarang Anda akan pergi ke mana peluang datang," ujarnya di sebuah konferensi bisnis Arab-China di Riyadh pada Minggu (11/6) waktu setempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pengusaha dan investor China telah berdatangan ke Riyadh untuk menghadiri konferensi tersebut, yang digelar beberapa hari setelah kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.

Sebelumnya pada bulan Maret lalu, raksasa minyak negara Saudi, Aramco mengumumkan dua kesepakatan besar untuk meningkatkan investasi miliaran dolarnya di China dan meningkatkan peringkatnya sebagai penyedia minyak mentah utama China.

ADVERTISEMENT

Itu adalah pengumuman terbesar sejak kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Arab Saudi pada bulan Desember tahun lalu, di mana dia menyerukan perdagangan minyak dalam yuan, sebuah langkah yang akan melemahkan dominasi dolar.

"Permintaan minyak di China masih terus meningkat jadi tentu saja kami harus memenuhi sebagian dari permintaan itu," kata Pangeran Abdulaziz.

"Daripada bersaing dengan China, berkolaborasilah dengan China," imbuh pejabat kerajaan Saudi itu.

Simak juga 'Saat Wapres Bertemu Dubes Saudi, Bahas Haji hingga Ekspor Produk Halal':

[Gambas:Video 20detik]



(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads