China dan Rusia menggelar patroli udara gabungan pada Selasa (6/6) waktu setempat di atas perairan Laut Jepang dan Laut China Timur. Patroli gabungan itu mendorong Korea Selatan (Korsel) untuk mengerahkan sejumlah jet tempurnya.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (6/6/2023), Kementerian Pertahanan China menyebut patroli udara gabungan ini merupakan bagian dari rencana kerja sama tahunan yang digelar oleh militer kedua negara. Patroli udara gabungan ini merupakan yang keenam digelar China dan Rusia sejak tahun 2019 lalu.
Militer Korsel dalam pernyataannya mengumumkan pengerahan sejumlah jet tempur, setelah mendeteksi empat pesawat militer Rusia dan empat pesawat militer China yang terbang memasuki zona pertahanan udaranya di bagian selatan dan timur Semenanjung Korea.
Zona pertahanan udara merupakan area di mana negara-negara menuntut agar pesawat asing mengambil langkah khusus dalam mengidentifikasi diri mereka. Tidak seperti wilayah udara sebuah negara yang merujuk pada udara di atas wilayah dan perairan teritorial, tidak ada aturan internasional yang mengatur soal zona pertahanan udara.
Dalam patroli udara gabungan antara Beijing dan Moskow pada November tahun lalu, Korsel juga mengerahkan jet tempurnya setelah mendeteksi pesawat pengebom H-6K milik China dan pesawat pengebom TU-95 serta jet tempur SU-35 milik Rusia memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara (KADIZ).
Jepang juga mengerahkan jet tempurnya setelah beberapa pesawat pengebom China dan dua drone Rusia terbang ke Laut Jepang.
Sementara pada patroli pada Mei 2022, sejumlah pesawat militer China dan Rusia terbang mendekati wilayah udara Jepang, saat Tokyo menjadi tuan rumah pertemuan Quad dengan para pemimpin Amerika Serikat (AS), India dan Australia.
Aktivitas patroli itu membuat khawatir Jepang, meskipun Beijing mengatakan penerbangan tersebut tidak diarahkan untuk pihak ketiga.
Simak Video 'Geramnya Warga Korsel Atas Aksi Peluncuran Roket Korut yang Berulang':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/ita)