Pasukan militer Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) tengah menggelar latihan tembak langsung secara gabungan dan tercatat sebagai yang terbesar yang pernah ada. Latihan gabungan ini menyimulasikan respons terhadap 'serangan skala penuh' dari Korea Utara (Korut).
Seperti dilansir Reuters, Jumat (26/5/2023), Kementerian Pertahanan Korsel menyebut sekitar 2.500 tentara dari kedua negara berpartisipasi dalam latihan perang yang berlangsung selama lima hari itu, yang dimulai sejak Kamis (25/5) waktu setempat.
Latihan perang gabungan itu digelar di wilayah Pocheon, yang terletak dekat perbatasan Korut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak peralatan militer seperti tank, howitzer dan jet tempur yang dikerahkan dalam latihan tembak langsung itu.
"Latihan itu menunjukkan kemampuan dan kesiapan militer kami untuk secara kuat merespons ancaman nuklir dan rudal Korea Utara dan menanggapi serangan skala penuh," sebut Kementerian Pertahanan Korsel dalam pernyataannya.
Pekan lalu, media pemerintah Korut melaporkan bahwa pemimpin mereka, Kim Jong Un, telah menyetujui persiapan akhir untuk peluncuran satelit mata-mata militer yang pertama buatan negara terisolasi itu.
Kim Jong Un, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa satelit mata-mata itu diperlukan untuk menangkal ancaman-ancaman dari AS dan Korsel.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Para analis menilai satelit itu akan meningkatkan kemampuan pengintaian Korut dan memungkinkan rezim komunis itu untuk menyerang target-target dengan lebih akurat jika perang terjadi.
Citra satelit komersial baru-baru ini menunjukkan kemajuan untuk landasan peluncuran baru yang ada di stasiun peluncuran satelit Korut. Kelompok pemantau Korut, 38North, yang berbasis di AS menyebut aktivitas pada 'level urgensi baru' terdeteksi yang kemungkinan besar menunjukkan persiapan peluncuran.
Pasukan militer AS dan Korsel telah melakukan serangkaian pelatihan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk latihan udara dan laut yang melibatkan pesawat pengebom B-1B milik Washington, setelah harapan untuk upaya diplomatik dan pembatasan COVID-19 memicu pengurangan banyak latihan gabungan.
Korut memberikan reaksi bernada kemarahan untuk setiap latihan militer gabungan AS dan Korsel, yang dipandang sebagai persiapan kedua negara yang bersekutu itu untuk menginvasi Pyongyang.