"Publikasi seperti Charlie Hebdo, yang memiliki motivasi satu-satunya untuk menyebarkan kebencian terhadap Islam, terus menargetkan Presiden Erdogan kita secara terang-terangan karena dia merupakan salah satu pemimpin Muslim paling penting di zaman modern," ujar Altun dalam pernyataannya.
"Kami tidak akan jatuh ke dalam perangkap mereka, tetapi kami akan terus mengecam xenofobia mereka yang menjijikkan yang coba mereka jual sebagai kebebasan berekspresi," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kecaman juga datang dari juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, yang menyebut Charlie Hebdo 'mengamuk' dan 'jahat'. Kalin menegaskan bahwa putaran kedua pilpres Turki yang akan digelar 28 Mei mendatang akan membuktikan betapa populernya Erdogan.
"Jika Charlie Hebdo mengamuk dan menjadi sangat gila .... kita berada dalam jalur yang benar. Kejahatan terkadang seperti ini. Itu membimbing yang baik. Jangan khawatir CH (Charlie Hebdo-red). Negara kami akan memberikan jawaban terbaik kepada Anda, bahkan dengan suara lebih lantang, pada 28 Mei," tegasnya.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri (Menlu) Mevlut Cavusoglu menyebut karikatur Erdogan itu sebagai 'penghinaan' untuk rakyat Turki. "Charlie Hebdo yang tidak tahu malu belum memiliki satu ons pun kemanusiaan dan terus menghina rakyat Turki," kecam Cavusoglu.
"Jangan sampai kita lupa! Mereka yang memuji kejahatan selalu tenggelam dalam kebencian dan kenakalan mereka sendiri. Pelajaran sebenarnya adalah mereka yang tidak bisa mengalahkan kehendak bebas bangsa Turki dengan berbagai permainan, sangat bergantung pada takdir," tegasnya.
Charlie Hebdo sudah bertahun-tahun memicu kontroversi, dengan pada Februari lalu merilis karikatur yang menghina gempa bumi di Turki dan Suriah. Karikatur itu menampilkan gambar bangunan yang rusak, mobil tertimpa reruntuhan dan tumpukan puing dengan tulisan berbunyi: "Tidak perlu mengirim tank."
Konten majalah satire itu yang diarahkan secara khusus pada dunia Muslim itu telah memicu kemarahan, terutama karikatur yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.
(nvc/ita)