Oposisi menyerukan pemerintah Korea Selatan (Korsel) untuk menyelidiki dugaan spionase yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS). Rentetan dokumen rahasia AS yang bocor ke publik, beberapa waktu terakhir, mengungkapkan bahwa Washington memata-matai negara sekutunya, termasuk Korsel.
Seperti dilansir AFP, Rabu (12/4/2023), puluhan dokumen rahasia yang berisi informasi sensitif muncul secara online beberapa waktu terakhir, dengan sejumlah dokumen mengungkapkan AS memata-matai penasihat keamanan nasional untuk Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dalam upaya mengamankan pasokan senjata untuk Ukraina yang tengah diinvasi Rusia.
Otoritas Seoul berupaya meredakan insiden kebocoran dokumen rahasia AS itu pada Selasa (11/4) waktu setempat, dengan kantor kepresidenan Korsel mengklaim 'sejumlah besar' dokumen yang bocor itu palsu dan penasihat keamanan nasional Korsel menegaskan tidak ada 'niat jahat' dalam insiden itu.
Namun terungkapnya dugaan spionase oleh AS itu memicu kritikan tajam di Korsel, terutama soal kerentanan lokasi-lokasi sensitif di negara itu termasuk kantor kepresidenan.
"Pemerintah harus menyelidiki secara tuntas soal dugaan penyadapan dan jika itu terbukti kebenarannya, maka harus mendapatkan permintaan maaf secara resmi dan jaminan tidak akan melakukannya kembali dari AS," cetus pemimpin oposisi Korsel dari Partai Demokratik, Lee Jae Myung, dalam pernyataannya.
Para anggota parlemen Korsel dari oposisi menuduh pemerintah berupaya mengabaikan insiden kebocoran dokumen itu dan memuluskan hubungan dengan AS, menjelang kunjungan kenegaraan Yoon ke Washington pada akhir bulan ini.
Puluhan dokumen rahasia yang bocor itu beredar secara online, mulai dari lewat media sosial hingga aplikasi pesan seperti Twitter, Telegram dan Discord, selama beberapa pekan sebelum terungkap ke publik.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan Video 'Dokumen Rahasia AS Bocor, Berisi Informasi Perang Ukraina-Mossad':
(nvc/ita)