Sebuah kapal feri yang mengangkut 250 orang dan awak terbakar hebat saat berlayar di perairan antara pulau-pulau di Filipina. Sedikitnya 12 orang tewas akibat kebakaran itu, dengan tujuh orang lainnya dilaporkan hilang.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (30/3/2023), Gubernur Provinsi Basilan Jim Hataman menuturkan bahwa sebagian besar penumpang yang ada di atas kapal feri bernama MV Lady Mary Joy 3 itu berhasil diselamatkan setelah kebakaran terjadi pada Rabu (29/3) tengah malam waktu setempat.
Disebutkan juga oleh Hataman bahwa banyak penumpang yang nekat melompat ke air karena panik saat kebakaran melalap kapal feri itu. Mereka dievakuasi satu per satu dari lautan oleh kapal penjaga pantai, kapal Angkatan Laut, kapal feri lainnya dan kapal nelayan yang ada di dekat lokasi kejadian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upaya pencarian dan penyelamatan masih dilanjutkan hingga Kamis (30/3) waktu setempat.
"Sejumlah penumpang terbangun dari tidur karena keributan yang disebabkan oleh kebakaran. Beberapa orang melompat dari kapal," tutur Hataman.
Kapal feri itu tengah berlayar dari kota pelabuhan Zamboanga menuju ke kota Jolo di Provinsi Sulu ketika kebakaran tiba-tiba terjadi di dekat Basilan pada Rabu (29/3) tengah malam. Penyebab kebakaran masih diselidiki lebih lanjut oleh otoritas setempat.
Dari 12 orang yang dikonfirmasi tewas dalam insiden itu, terdapat tiga anak-anak di antaranya. Anak-anak itu diduga terpisah dari orang tua mereka saat kebakaran terjadi. Sebagian besar korban tewas akibat tenggelam dan jenazahnya ditemukan di lautan.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Korea Selatan Berencana Longgarkan Visa untuk Indonesia-Filipina':
Sekitar 23 penumpang lainnya mengalami luka-luka dan telah dilarikan ke rumah sakit setempat.
Hataman menambahkan bahwa kapal feri yang terbakar itu telah ditarik ke tepi pantai Basilan, dengan penyelidikan tengah berlangsung.
Kecelakaan di lautan cukup sering terjadi di wilayah Filipina yang merupakan negara kepulauan. Sebagian besar kecelakaan di laut itu disebabkan oleh badai yang kerap melanda Filipina, kemudian juga perawatan kapal-kapal yang tidak memadai, kelebihan muatan kapal dan penegakan aturan keselamatan yang buruk.