Pasukan Rusia melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Ukraina. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina kini tanpa pasokan listrik akibat serangan rudal Rusia tersebut. Pembangkit nuklir tersebut kini beroperasi dengan generator diesel.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (9/3/2023), gangguan itu terjadi selama gelombang baru serangan Rusia di Ukraina yang menewaskan sedikitnya sembilan orang dan menyebabkan pemadaman listrik di seluruh negeri.
"Saluran listrik terakhir antara PLTN Zaporizhzhia yang diduduki dan sistem listrik Ukraina terputus akibat serangan rudal," kata operator energi nuklir Ukraina, Energoatom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operator mengatakan itu adalah keenam kalinya fasilitas tersebut terputus dari jaringan listrik sejak pasukan Rusia merebut PLTN itu tahun lalu.
Energoatom menyatakan, PLTN tersebut saat ini beroperasi dengan bantuan generator diesel, yang dapat memenuhi kebutuhan energi fasilitas tersebut selama 10 hari.
"Hitungan mundur telah dimulai. Jika tidak mungkin memperbarui pasokan listrik eksternal PLTN tersebut selama waktu ini, kecelakaan dengan konsekuensi radiasi ke seluruh dunia dapat terjadi," kata Energoatom mengingatkan.
Otoritas Rusia yang mengontrol pembangkit tersebut mengatakan generator diesel telah dinyalakan menyusul "korsleting" pada saluran listrik.
"Ada cadangan bahan bakar yang cukup untuk memastikan pengoperasian generator," kata otoritas Rusia dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa semua masalah keselamatan dan keamanan di PLTN tersebut sudah beres.
Pasukan Moskow merebut pabrik itu pada 4 Maret 2022, hanya beberapa hari setelah menginvasi Ukraina.
Rusia dan Ukraina saling menuduh masing-masing pihak menggempur sekitar Zaporizhzhia, fasilitas nuklir terbesar di Eropa.
Badan nuklir PBB, IAEA telah mengirimkan para pengamat ke PLTN tersebut pada bulan September tahun lalu, dan berusaha untuk merundingkan zona demiliterisasi di dekat fasilitas tersebut, tetapi pembicaraan telah terhenti.