China Sindir AS: Larang Kirim Senjata ke Rusia, Tapi Persenjatai Taiwan

China Sindir AS: Larang Kirim Senjata ke Rusia, Tapi Persenjatai Taiwan

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 07 Mar 2023 17:16 WIB
Chinese Foreign Minister Qin Gang looks on during a press conference held on the sidelines of the annual meeting of Chinas National Peoples Congress (NPC) in Beijing, Tuesday, March 7, 2023. (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Menlu China Qin Gang (AP Photo/Mark Schiefelbein)
Beijing -

Menteri Luar Negeri (Menlu) China Qin Gang membandingkan potensi dukungan militer di masa mendatang untuk Rusia dalam perangnya di Ukraina dengan penjualan senjata Amerika Serikat (AS) ke Taiwan.

"Mengapa AS meminta China untuk tidak memberikan senjata ke Rusia, sementara AS terus menjual senjata ke Taiwan?" tanya Qin dalam konferensi pers terbaru, seperti dilansir CNN, Selasa (7/3/2023).

Lebih lanjut, Qin menyebutnya 'tidak masuk akal' bagi 'para pejabat senior AS' ikut terlibat dalam masalah Taiwan, yang disebutnya sebagai 'urusan rakyat China'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada negara yang memiliki hak untuk ikut campur," tegas Qin dalam pernyataannya.

Menyangkut soal konflik Rusia-Ukraina, Qin menegaskan Beijing tidak ikut menciptakan krisis dan tidak memasok senjata ke dua negara yang berkonflik itu.

ADVERTISEMENT

"China tidak menciptakan krisis, juga bukan pihak dalam krisis itu, dan tidak memberikan senjata kepada kedua belah pihak," ucapnya.

"China selalu membuat penilaiannya sendiri dan memutuskan posisi ini secara independen berdasarkan sifat masalah itu," jelas Qin dalam konferensi pers.

"Antara perang dan perdamaian, kami telah memilih perdamaian; antara sanksi dan dialog, kami telah memilih dialog; antara mengobarkan api dan menurunkan suhu, kami telah memilih yang terakhir," ujarnya merujuk pada posisi China dalam konflik Rusia-Ukraina.

Lihat juga Video 'China Sindir AS Takut dengan TikTok':

[Gambas:Video 20detik]



Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Terlepas dari pernyataan Qin, upaya Beijing menempatkan diri sebagai pembawa damai dalam perang Ukraina telah sangat dirusak oleh penolakan negara itu mengakui sifat konflik yang terjadi. Sejauh ini, otoritas China menghindari penyebut aksi militer Rusia ke Ukraina sebagai 'invasi'.

Selama perang berlangsung, Beijing juga diketahui tetap memberikan dukungan diplomatik dan ekonomi untuk Moskow.

Awal bulan ini, AS menyetujui penjualan amunisi untuk jet tempur F-16 senilai US$ 619 juta (Rp 9,4 triliun) bagi Taiwan.

Pentagon, seperti dilansir AFP, mengumumkan bahwa paket penjualan militer itu mencakup 100 Rudal Anti-Radiasi Berkecepatan Tinggi (HARM) AGM-88B, 200 Rudal Udara-ke-Udara Jarak Menengah Canggih (AMRAAM) AIM-120C-8, dan peluncurnya serta replika rudal untuk pelatihan.

Disebutkan juga oleh Pentagon bahwa penjualan itu akan meningkatkan 'kemampuan Taiwan untuk memberikan pertahanan wilayah udara, keamanan regional, dan interoperabilitas dengan Amerika Serikat'.

Sementara pemerintah China, pekan ini, mengumumkan penambahan anggaran militer hingga mencapai 1,55 triliun Yuan (Rp 3.432 triliun), sembari memperingatkan adanya ancaman yang meningkat dari luar negeri.

Seperti dilansir Channel News Asia, pengumuman itu disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Li Keqiang saat berbicara di hadapan para delegasi Kongres Rakyat Nasional (NPC) yang menggelar rapat di Beijing sejak Minggu (5/3) waktu setempat.

Li menyebut soal 'upaya-upaya eksternal untuk menekan dan menghalangi China yang semakin meningkat' saat mengungkapkan anggaran militer negara itu mencapai 1,55 triliun Yuan.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads