Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengunjungi langsung Ukraina pada Minggu (26/2) waktu setempat. Kunjungan ini menjadi yang pertama kali dilakukan sejak kedua negara menjalin hubungan diplomatik 30 tahun lalu.
Seperti dilansir CNN, Senin (27/2/2023), kantor kepresidenan Ukraina merilis sebuah video yang menunjukkan pertemuan antara Presiden Volodymyr Zelensky dan Pangeran Faisal di Kiev pada Minggu (26/2) waktu setempat.
Dalam video itu, Zelensky mengatakan dirinya mengharapkan pertemuan ini 'akan memberikan dorongan baru untuk lebih mengintensifkan dialog kita yang saling menguntungkan'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terima kasih telah mendukung perdamaian di Ukraina, kedaulatan dan integritas wilayah kami," ucap Zelensky kepada Pangeran Faisal.
"Ini sangat penting bagi kami dan masyarakat kami," imbuhnya.
Saudi selama ini memegang sikap netral dalam konflik Ukraina. Kerajaan Saudi bahkan menjadi mediator pertukaran tahanan tahun lalu, di mana dua warga Amerika Serikat (AS) dan lima warga Inggris dibebaskan dari tahanan Rusia.
Kepala kantor kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, menyebut pertemuan Zelensky dan Pangeran Faisal itu berlangsung sukses. Pemberian paket bantuan senilai US$ 400 juta (Rp 6,1 triliun) oleh Saudi terhadap Ukraina juga ditandatangani dalam pertemuan itu.
"Ukraina akan menerima bantuan nyata dari Arab Saudi," sebut Yermak dalam pernyataan via Telegram.
Simak selengkapnya soal paket bantuan Saudi untuk Ukraina di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Mengintip Megaproyek The Mukaab, Gedung Raksasa Buatan Arab Saudi':
"Kantor kepresidenan menandatangani dua dokumen yang meresmikan paket bantuan senilai US$ 400 juta untuk Ukraina: US$ 100 juta untuk bantuan kemanusiaan dan US$ 300 juta untuk produk minyak," jelasnya.
"Ukraina dan Arab Saudi memiliki tantangan bersama dan pengalaman dalam menanganinya. Kita berbicara soal UAV (kendaraan udara tanpa awak atau drone) dari Iran yang dipasok ke 'pemberontak' tertentu dan menyerang fasilitas minyak Saudi," ucap Yermak, merujuk pada penggunaan drone oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran dalam konflik Yaman.
"Sejak tahun lalu, UAV Iran yang sama telah dimiliki oleh para teroris Rusia dan telah menyerang infrastruktur energi Ukraina," ujarnya.