Komisioner hak asasi manusia (HAM) Ukraina menuduh warga Rusia menculik anak-anak di negaranya dan menjual mereka untuk seks. Kebanyakan anak-anak yang menjadi korban merupakan yatim-piatu yang tidak memiliki keluarga di Ukraina.
"Saluran-saluran Telegram mengungkapkan bahwa warga Rusia menculik anak-anak Ukraina dan membuat video-video seks dengan mereka," ujar komisioner HAM pada parlemen Ukraina, Dmytro Lubinets, dalam pernyataan via Telegram, seperti dilansir AFP, Jumat (3/2/2023).
"Sebagai contoh, mereka menawarkan 250.000 Ruble (Rp 53,2 juta) untuk seorang bocah laki-laki yang akan segera memulai sekolah," sebutnya, menggambarkan bocah itu sebagai anak yatim-piatu Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lubinets memposting kutipan percakapan via WhatsApp antara dua orang yang diduga membahas penggunaan bocah laki-laki untuk video pornografi anak.
"Dia dibawa dari Ukraina, dari sebuah panti asuhan, tidak memiliki kerabat," tulis salah satu dari dua orang yang berbincang dalam kutipan percakapan itu.
"Mereka memesan serangkaian video bersamanya," imbuh pesan WhatsApp itu.
Tidak disebutkan lebih lanjut usia bocah laki-laki yang dibahas dalam percakapan itu, namun disebutkan bocah itu 'segera' mulai bersekolah. "Kami membawa anak-anak kecil untuk jenis pekerjaan ini, itu bukan yang pertama kami bawa," sebut salah satu orang dalam kutipan percakapan itu.
Simak juga video 'AS Kirim 60 Kendaraan Tempur Era 80-an ke Ukraina':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Lubinets tidak menyebutkan lebih lanjut soal bagaimana dirinya mendapatkan kutipan percakapan WhatsApp itu. Namun dia menyerukan kepada Kepolisian Ukraina, kepolisian siber dan jaksa-jaksa Ukraina untuk mengambil 'langkah-langkah yang tepat dalam mencari dan menghukum mereka yang bersalah'.
"Federasi Rusia secara diam-diam menculik, membunuh, mendeportasi dan memperkosa anak-anak kita," cetusnya.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi di dunia sekarang ini?!" imbuh Lubinets.
Ukraina diketahui juga menuduh pasukan militer Rusia menculik ribuan anak, termasuk yatim-piatu, dan membawa anak-anak itu ke wilayah-wilayah yang dikuasai pasukan Moskow.
Pada September lalu, para penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh Rusia telah melakukan kejahatan perang dalam 'skala besar' di Ukraina, termasuk melibatkan praktik penyiksaan dan kekerasan seksual.
Sementara pada November tahun lalu, Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska menuntut adanya 'respons global' terhadap penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang. Zelenska menyatakan para jaksa Kiev tengah menyelidiki lebih dari 100 dugaan tindak kriminal oleh tentara-tentara Rusia di wilayah Ukraina.
Belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Rusia atas tuduhan tersebut.