Korea Utara (Korut) mencak-mencak di tengah kemesraan Amerika Serikat (AS) dengan Korea Selatan (Korsel). Korut berang karena kedua negara itu melakukan latihan militer bersama.
Kementerian Luar Negeri Korut mengatakan latihan udara bersama AS dan Korsel telah mendorong situasi di kawasan menuju 'garis merah ekstrem'. Pyongyang memperingatkan aktivitas semacam itu bisa mengubah Semenanjung Korea menjadi 'gudang senjata besar dan zona perang lebih kritis'.
Dalam pernyataan melalui kantor berita Korean Central News Agency (KCNA), Korut menegaskan tidak tertarik melakukan dialog jika AS masih mengupayakan kebijakan-kebijakan permusuhan.
"Situasi militer dan politik di Semenanjung Korea dan di kawasan telah mencapai garis merah ekstrem akibat manuver konfrontasi militer yang sembrono dan tindakan permusuhan dari AS dan pasukan pengikutnya," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut yang tidak disebut namanya.
Pyongyang juga menuduh latihan militer bersama semacam itu akan digunakan AS untuk 'memicu pertarungan habis-habisan' dengan Korut. Korut juga menyinggung pertemuan terbaru Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin dan Menhan Korsel Lee Jong Sup di Seoul pada Selasa (31/1) waktu setempat.
Keduanya saat itu sepakat 'memperluas dan meningkatkan level dan skala' latihan militer gabungan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut menyebut kesepakatan itu sebagai 'skenario berbahaya AS'.
"Ini adalah ekspresi yang jelas dari skenario berbahaya yang akan mengubah Semenanjung Korea menjadi gudang persenjataan besar dan zona perang yang lebih kritis," sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut itu.
Pernyataan itu juga menegaskan Korut siap merespons setiap gerakan militer AS dan memiliki strategi penangkal yang kuat, termasuk 'kekuatan nuklir yang paling kuat' jika diperlukan.
Lihat juga video 'Kim Jong un Serukan Pengembangan Rudal Balistik dan Nuklir':
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.