Taiwan mendeteksi ada 34 pesawat militer dan sembilan kapal perang China yang beroperasi di dekat wilayahnya. Merespons hal itu, Taipei mengerahkan sejumlah jet tempur, menempatkan Angkatan Laut dalam posisi waspada dan mengaktifkan sistem rudal untuk memantau pergerakan pesawat dan kapal Beijing itu.
Seperti dilansir Associated Press, Rabu (1/2/2023), Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan sedikitnya 20 pesawat militer China terdeteksi mengudara hingga melewati garis tengah di Selat Taiwan, yang sejak lama menjadi zona penyangga tidak resmi antara kedua negara, yang terbagi saat perang sipil tahun 1949.
Otoritas Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian wilayah kedaulatannya yang akan direbut kembali nanti, bahkan secara paksa jika diperlukan. Namun kebanyakan warga Taiwan menolak untuk berada di bawah kendali Partai Komunis China yang otoriter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditegaskan Kementerian Pertahanan Taiwan bahwa Angkatan Bersenjata negara itu 'memantau situasi ... untuk merespons aktivitas-aktivitas ini'.
China diketahui mengirimkan kapal perang, pesawat pengebom, jet tempur dan pesawat pendukung ke wilayah udara dekat Taiwan hampir setiap hari. Aktivitas itu diduga bertujuan untuk melemahkan sumber daya pertahanan Taipei dan melemahkan dukungan untuk Presiden Tsai Ing-wen yang pro-kemerdekaan.
Jet-jet tempur China juga melakukan konfrontasi terhadap pesawat militer dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara sekutunya yang mengudara di wilayah udara internasional di atas Laut China Selatan dan Laut China Timur, yang disebut Beijing sebagai manuver berbahaya dan mengancam.
Rentetan kunjungan politisi asing ke Taiwan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan sejumlah politisi dari Uni Eropa, memicu aksi pamer kekuatan militer dari kedua pihak.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga '13 Maskapai Asing Ajukan Penerbangan Langsung ke Bali':
Dalam merespons kunjungan Pelosi pada Agustus tahun lalu, China menggelar latihan perang di perairan sekitar Taiwan dan menembakkan rudal ke perairan Samudra Pasifik.
Sementara itu, pengerahan militer skala besar terbaru oleh China ini dilakukan saat negara itu meningkatkan persiapan untuk potensi blokade atau serangan langsung terhadap Taiwan, yang memicu kekhawatiran besar di kalangan pemimpin militer di AS, sekutu penting Taipei.
Dalam memo bulan lalu, Jenderal Mike Minihan dari Angkatan Udara AS menginstruksikan para perwira untuk bersiap menghadapi konflik AS-China terkait Taiwan pada tahun 2025 mendatang. Sebagai kepala Komando Mobilitas Udara, Minihan memiliki pemahaman yang tajam soal militer China.