Eksekusi mati di Arab Saudi dilaporkan meningkat hampir dua kali lipat di bawah kekuasaan Raja Salman dan penguasa de facto, Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Dilansir kantor berita AFP, Rabu (1/2/2023), menurut sebuah laporan kelompok aktivis Reprieve dan Organisasi Hak Asasi Manusia Saudi Eropa Eropa Saudi, eksekusi mati telah melonjak dari rata-rata 70,8 eksekusi setahun dari tahun 2010 hingga 2014, menjadi 129,5 eksekusi setahun sejak Raja Salman berkuasa pada 2015.
Laporan yang dirilis pada Selasa (31/1) waktu setempat itu merinci kasus-kasus penyiksaan dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
Menurut NGO tersebut, lebih dari 1.000 hukuman mati telah dilaksanakan di bawah kepemimpinan saat ini, setelah memverifikasi pengumuman resmi dengan investigasi dan wawancara dengan pengacara, anggota keluarga dan aktivis.
Dalam laporan itu disebutkan bahwa Arab Saudi mengeksekusi mati 147 orang tahun lalu. Angka ini juga dikonfirmasi oleh penghitungan AFP yang dikumpulkan dari pengumuman pemerintah.
Arab Saudi, yang merupakan salah satu negara yang paling banyak melakukan eksekusi mati di dunia, mengumumkan 81 eksekusi mati dalam satu hari pada Maret tahun lalu yang dikatakan terkait pelanggaran terorisme.
Negara itu telah mengalami reformasi sosial yang cepat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, para aktivis menuduh Putra Mahkota Saudi juga mengawasi tindakan keras terhadap para kritikus.
Tonton juga Video: Menag soal Haji 2023: Hasil Negosiasi, Saudi Turunkan Harga Masyair