Kudeta militer terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dinilai kini mungkin terjadi saat perang di Ukraina terus berlanjut. Rentetan kemunduran yang dialami pasukan Moskow di berbagai wilayah Ukraina disebut akan membuat rakyat Rusia mencari sosok yang patut disalahkan.
Seperti dilansir CNN, Selasa (31/1/2023), analisis tersebut disampaikan oleh mantan penulis pidato Putin, Abbas Gallymov, yang kini menjadi analis politik dalam wawancara dengan jurnalis CNN Erin Burnett pada Senin (30/1) waktu setempat.
Disebutkan Gallymov bahwa semakin bertambahnya kerugian yang dialami Rusia di Ukraina, dan negara itu mulai mengalami kesulitan akibat sanksi-sanksi Barat, maka rakyat Rusia akan mencari seseorang untuk disalahkan atas situasi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perekonomian Rusia tengah memburuk. Kalah perang. Semakin banyak mayat yang dipulangkan ke Rusia, jadi warga Rusia akan menghadapi lebih banyak kesulitan dan mereka akan berusaha mencari penjelasan soal mengapa ini terjadi, mengamati proses politik dan mereka akan menemukan sendiri jawabannya: 'Ya, ini karena negara kita diperintah oleh seorang tiran tua, seorang diktator tua'," sebut Gallyamov merujuk pada Putin.
"Pada saat ini, saya berpikir bahwa kudeta militer mungkin terjadi," cetusnya.
Gallyamov menambahkan bahwa momen itu mungkin terjadi dalam 12 bulan ke depan.
"Jadi dalam satu tahun ketika situasi politik berubah dan ada presiden yang tidak populer yang sangat dibenci sebagai kepala negara dan perang sungguh tidak populer, dan mereka perlu pertumpahan darah untuk ini, pada momen ini, kudeta menjadi kemungkinan yang nyata," ucapnya.
Lihat juga video 'Joe Biden Tak Akan Kirim Jet Tempur F-16 ke Ukraina':
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Dalam analisisnya, Gallyamov juga meyakini Putin mungkin saja membatalkan pemilihan presiden (pilpres) yang dijadwalkan untuk digelar pada Maret 2024.
"Menilai dari tindakannya, ketika dia meningkatkan sesuatu yang tidak diperlukan, dia mungkin benar-benar membatalkan pemilu. Tanpa kemenangan atas Ukraina, dia akan menghadapi kesulitan rakyat Rusia," ucapnya.
"Rakyat Rusia tidak memerlukan dia jika dia tidak kuat. Dia mungkin akan menetapkan hukum darurat militer dan membatalkan pemilu," tandas Gallyamov.
Belum ada tanggapan Kremlin atas analisis Gallyamov tersebut.