Bantu Siswa Nyontek Saat Ujian, Bos Bimbel Singapura Diburu Interpol

Bantu Siswa Nyontek Saat Ujian, Bos Bimbel Singapura Diburu Interpol

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 30 Jan 2023 14:35 WIB
interpol
Ilustrasi (dok. Idham Kholid/detikcom)
Singapura -

Seorang mantan kepala bimbingan belajar di Singapura, Poh Yuan Nie, tengah diburu oleh Interpol terkait kasus kecurangan dalam ujian nasional tahunan. Poh telah divonis empat tahun penjara dalam kasus itu, namun keberadaannya tidak diketahui secara jelas hingga kini.

Seperti dilaporkan Straits Times dan dilansir The Star, Senin (30/1/2023), Poh yang berusia 57 tahun ini diadili bersama sejumlah kaki tangannya telah diadili atas sejumlah dakwaan terkait kecurangan dalam ujian level-O tahun 2016 lalu di Singapura. Ujian level-O merupakan ujian nasional tahunan yang digelar oleh sekolah atau kandidat swasta di Singapura.

Kepolisian Singapura menyatakan pada Kamis (26/1) pekan lalu bahwa surat perintah penangkapan untuk Poh telah diterbitkan sejak November 2022 ketika dia tidak hadir di pengadilan untuk memulai masa hukumannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Poh telah dijatuhi hukuman empat tahun penjara, pada September tahun lalu, atas 27 dakwaan kecurangan dalam ujian, yang melibatkan sejumlah kandidat ujian level-O di negara itu.

Pada Desember lalu, jaksa Singapura lantas mengajukan permohonan 'red notice' kepada Interpol dan meminta informasi soal keberadaannya. Laporan BBC menyebut Poh diduga telah melarikan diri dari Singapura.

ADVERTISEMENT

Red notice merupakan permintaan kepada badan penegak hukum internasional untuk mencari dan menangkap seseorang yang menunggu ekstradisi atau terjerat kasus hukum.

Laporan media lokal, seperti dikutip BBC, menyebut bahwa sindikat yang dipimpin Poh melakukan aksinya selama beberapa hari pada Oktober 2016, ketika ujian masuk perguruan tinggi digelar di Singapura.

Lihat juga video 'Ini Nono, Siswa SD NTT yang Menang Lomba Matematika Tingkat Dunia':

[Gambas:Video 20detik]



Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Pusat Edukasi Zeus yang dipimpin Poh disebut terlibat dalam memberikan bimbingan belajar untuk enam siswa, berusia 17-20 tahun, untuk membantu mereka lulus dalam ujian dan masuk ke sekolah tinggi kejuruan atau politeknik.

Poh mendapatkan bayaran sebesar SG$ 8.000 per siswa, ditambah biaya masuk sebesar SG$ 1.000 -- namun uang ini akan dikembalikan secara penuh jika siswa yang ikut program bimbingan belajar itu tidak lulus ujian.

Semua siswa yang ikut program itu -- semuanya warga negara China -- mengikuti ujian di beberapa lokasi berbeda dengan memakai in-ear headphone sewarna kulit. Peralatan lainnya seperti telepon genggam dan perangkat Bluetooth ditempelkan pada tubuh para siswa oleh Poh dan anak buahnya, dan secara hati-hati disembunyikan di bawah pakaian mereka.

Dua kaki kanan Poh, Fiona, yang merupakan keponakannya telah diadili secara terpisah dan divonis tiga tahun penjara. Sementara seorang guru bimbingan belajar bernama Tan Jia Yan juga diadili terkait kasus ini dan telah divonis tiga tahun penjara tahun 2019 lalu.

Dalam kasus ini, Tan disebut mengikuti ujian sebagai kandidat swasta dan menggunakan aplikasi FaceTime untuk menyiarkan langsung pertanyaan pada kertas ujian ke kantor bimbingan belajar, di mana kaki tangan Poh lainnya akan mengerjakan soal dan membacakan jawabannya kepada para siswa.

Poh disebut mengawasi keseluruhan proses tersebut. Praktik kecurangan dalam ujian ini terbongkar pada Oktober 2016, ketika seorang pengawas ujian mendengar suara transmisi elektronik yang tidak biasa dan ada suara-suara dari salah satu siswa.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads