Amerika Serikat (AS) memiliki masalah baru dengan keberadaan mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang 'mengasingkan diri' di Florida sejak akhir tahun lalu. Keberadaan Bolsonaro di AS saat negaranya dilanda kerusuhan yang dipicu pendukungnya, memicu desakan agar Presiden Joe Biden 'mengusirnya'.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (10/1/2023), Bolsonaro yang kalah dari Luiz Inacio Lula da Silva dalam pemilu Brasil pada Oktober tahun lalu, terbang ke Florida sekitar dua hari sebelum masa jabatannya berakhir pada 1 Januari. Bolsonaro 'kabur' ke AS setelah menantang hasil pemilu Brasil.
Laporan terbaru menyebut Bolsonaro dirawat di sebuah rumah sakit di Florida, dengan istrinya, Michelle, mengonfirmasi hal itu via Instagram. Laporan media menyebut Bolsonaro dirawat di rumah sakit perawatan akut AdventHealth Celebration di Florida, setelah mengalami gangguan pada perutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dituturkan Michelle dalam pernyataannya bahwa sang suami berada 'di bawah pengawasan di rumah sakit, karena ketidaknyamanan pada bagian perut akibat serangan penusukan yang dialaminya tahun 2018' saat kampanye.
Kondisi Bolsonaro yang dirawat di rumah sakit itu diungkapkan sehari setelah kericuhan menyelimuti Brasilia akibat ulah para pendukung Bolsonaro yang menolak hasil pemilu. Pada Minggu (8/1), para pendukung Bolsonaro menyerbu gedung Kongres, kantor Mahkamah Agung dan Istana Kepresidenan Brasil.
Pemandangan di Brasil itu mengingatkan publik AS dengan penyerbuan Gedung Capitol oleh para pendukung mantan Presiden Donald Trump dua tahun lalu. Desakan pun menyeruak dan tekanan semakin meningkat terhadap Biden untuk menyingkirkan Bolsonaro dari 'pengasingan diri' di pinggiran Orlando, Florida.
Gedung Putih, dalam pernyataan pada Senin (9/1) waktu setempat, menyatakan belum menerima permintaan apapun dari pemerintahan Brasil terkait status Bolsonaro. Namun kehadiran mantan Presiden Brasil di wilayah AS itu memojokkan Biden, dengan sedikit pilihan yang bagus.
Dengan membiarkan Bolsonaro tetap berada di Florida, Biden mengundang kritikan yang menyebut AS menyembunyikan seorang mantan presiden yang dituduh oleh penggantinya telah mengobarkan kekerasan anti-demokrasi.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Namun memaksa keluar Bolsonaro yang merupakan mantan presiden dari negara sekutu, yang memasuki AS dengan itikad baik dan memakai visa kelas atas, berpotensi memicu pertanyaan canggung soal proses hukum.
"Bolsonaro tidak seharusnya berada di Florida," tegas anggota House of Representatives atau DPR AS dari Partai Demokrat, Joaquin Castro, kepada CNN.
"Amerika Serikat seharusnya tidak menjadi tempat perlindungan bagi seseorang yang otoriter yang menginspirasi terorisme domestik di Brasil. Dia harus dipulangkan ke Brasil," cetusnya.
Anggota DPR AS lainnya dari Partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez, menyuarakan pandangan serupa. "AS harus berhenti memberikan perlindungan kepada Bolsonaro di Florida," tulisnya via Twitter.
Sosok Bolsonaro yang dijuluki 'Trump Tropis' ini memiliki hubungan yang tidak baik dengan Biden. Di Brasil, Bolsonaro berada dalam posisi lemah setelah kehilangan kekebalan dari penuntutan hukum setelah mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden.
Penyelidikan yang tengah berlangsung di Brasil, sebut Reuters, bisa memicu penangkapan atau mencegah Bolsonaro kembali menjadi pejabat publik.
Bolsonaro Masuk AS dengan Visa A-1 untuk Kepala Negara
Di Washington DC, seorang sumber yang memahami situasi terkini menuturkan kemungkinan tidak akan ada keputusan soal status visa Bolsonaro hingga ada gambaran yang lebih jelas soal apa yang sebenarnya terjadi.
Dituturkan tiga sumber AS bahwa Bolsonaro hampir pasti masuk ke AS menggunakan visa A-1 yang secara khusus diperuntukkan bagi kepala negara, diplomat dan para pejabat pemerintahan negara asing.
Biasanya, visa A-1 dibatalkan setelah pemegang visa itu tidak lagi menjabat. Namun dengan Bolsonaro masuk ke AS sebelum masa jabatannya berakhir, diduga visa A-1 miliknya masih aktif.
Dituturkan salah satu pejabat yang memiliki pengalaman dalam membatalkan visa untuk mantan kepala negara, bahwa tidak ada batasan waktu yang pasti soal berapa lama seseorang bisa tinggal di AS dengan visa A-1.
Merespons pertanyaan Reuters, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menyatakan bahwa siapa saja yang berada di AS dengan visa A-1 namun tidak lagi berurusan dengan urusan negara, harus segera meninggalkan AS dalam waktu 30 hari, atau mengajukan perubahan status imigrasi.
Price menyatakan dirinya tidak bisa mengomentari status visa individu, namun berbicara secara umum soal peraturan visa.
"Jika seorang individu tidak memiliki dasar untuk berada di Amerika Serikat, individu itu bisa dikeluarkan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri," tegasnya.