Krisis menyelimuti House of Representatives atau DPR Amerika Serikat (AS), yang kini dikuasai Partai Republik, usai gagal memilih ketua baru. Kandidat ketua DPR AS Kevin McCarthy gagal meraup dukungan yang dibutuhkan dalam pemungutan suara setelah kalangan konservatif garis keras Republikan menghalangi pemilihannya.
Ini menjadi momen pertama kali dalam satu abad terakhir saat DPR AS gagal memilih ketua baru.
Seperti dilansir AFP, Kamis (5/1/2023), McCarthy membutuhkan 218 suara dukungan untuk bisa menjabat Ketua DPR AS yang baru, menggantikan Nancy Pelosi yang mengakhiri masa jabatannya setelah Partai Demokrat kehilangan dominasi atas DPR AS dari Partai Republik dalam pemilu sela tahun lalu.
Namun McCarthy gagal mendapatkan dukungan yang dibutuhkan, dengan 19 suara 'tidak' diberikan oleh anggota DPR dari Partai Republik dalam dua pemungutan suara awal. Jumlah suara yang menolak dirinya bertambah menjadi 20 dalam tiga pemungutan suara yang digelar Rabu (4/1) waktu setempat.
Situasi tersebut memicu kebuntuan karena DPR AS tidak bisa menjalankan tugas-tugasnya tanpa seorang ketua. Pejabat yang menjadi ketua DPR AS berada di urutan kedua setelah kepresidenan di AS, yang berarti para anggota DPR harus terus melanjutkan pemungutan suara hingga seseorang meraup suara mayoritas.
Presiden Joe Biden menyebut perselisihan Partai Republik dalam DPR AS itu 'memalukan bagi negara'. Sementara mantan Presiden Donald Trump, yang mendukung pencalonan McCarthy, menyerukan agar pemblokiran itu diakhiri segera.
Kebuntuan ini membuat DPR AS tidak bisa mengambil sumpah para anggotanya, memilih anggota komisi-komisi parlemen, juga mengadopsi aturan-aturan untuk membuat undang-undang.
Sidang DPR AS ditunda hingga Kamis (5/1) siang waktu setempat, untuk memberikan kesempatan bagi kalangan Partai Republik berunding dan menetapkan strategi baru sebelum kembali menggelar pemungutan suara.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
(nvc/idh)