.webp)
Militer Ukraina mengklaim telah melancarkan serangan lainnya terhadap posisi pasukan Rusia di dekat Chulakivka, Kherson, pada Malam Tahun Baru. Sekitar 500 tentara Rusia diklaim tewas atau luka-luka akibat serangan militer Ukraina tersebut.
Seperti dilansir CNN, Rabu (4/1/2023), klaim itu disampaikan Staf Jenderal Angkatan Bersenjata Ukraina dalam pernyataan via Facebook yang dirilis pada Selasa (3/1) waktu setempat. Chulakivka merupakan sebuah kota yang terletak di wilayah Kherson, Ukraina bagian selatan.
"Musuh terus mengalami kerugian. Dipastikan bahwa pada 31 Desember, Angkatan Bersenjata Ukraina menyerang benteng kuat pasukan musuh dan peralatan mereka di dekat Chulakivka, wilayah Kherson," demikian pernyataan Staf Jenderal Angkatan Bersenjata Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekitar 500 tentara musuh mengalami luka-luka atau tewas," sebut pernyataan tersebut.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Ukraina di wilayah selatan, Natalia Humeniuk, dalam pernyataan terpisah menyebutnya sebagai pencapaian militer.
"Ini adalah salah satu pencapaian kami di garis depan," ujar Humeniuk kepada televisi lokal Ukraina.
"Akan ada lebih banyak lagi karena kami mengidentifikasi lokasi-lokasi musuh," ucap Humeniuk soal serangan-serangan Ukraina.
CNN tidak bisa memverifikasi secara independen klaim Ukraina tersebut. Pemerintah maupun militer Rusia belum memberikan tanggapan resminya atas klaim Ukraina soal ratusan tentara Moskow tewas dalam serangan di Chulakivka.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan Video '63 Tentara Rusia Tewas Dirudal Pada Malam Tahun Baru':
Namun, seorang blogger perang Rusia bernama 'Operation Z' yang banyak dibaca menyatakan dalam postingan Telegram pada Selasa (3/1) waktu setempat bahwa 'tidak bisa disangkal' jika Ukraina sekarang menargetkan barak-barak dan benteng kuat pasukan Rusia dengan sistem roket HIMARS.
Postingan Operation Z menyebut Chulakivka dalam daftar posisi pasukan Rusia yang dihantam serangan Ukraina pada bulan Desember.
Klaim terbaru soal serangan di Chulakivka itu disampaikan setelah otoritas Rusia dan Ukraina sama-sama mengakui adanya serangan mematikan terhadap tentara Moskow pada 1 Januari dini hari di Makiikvka, Donetsk, yang dikuasai pasukan Rusia.
Serangan itu menghantam gedung sekolah kejuruan yang dijadikan barak sementara oleh pasukan Rusia di Ukraina, dengan Moskow menyebut sistem roket HIMARS yang dipasok oleh Amerika Serikat (AS) digunakan dalam serangan itu.
Departemen komunikasi strategis pada Angkatan Bersenjata Ukraina menyebut nyaris 400 tentara Rusia tewas dan 300 orang lainnya luka-luka dalam serangan di Makiivka. Namun Kementerian Pertahanan Rusia menyebut sedikitnya 89 tentaranya tewas -- jumlah terbanyak untuk serangan tunggal yang dilaporkan Moskow sejak menginvasi Ukraina pada Februari tahun lalu.
Jatuhnya banyak korban jiwa dalam serangan itu memicu kritikan dan kemarahan publik dan anggota parlemen terhadap para komandan dan pejabat militer Rusia. Sejumlah Politikus Moskow bahkan menuntut adanya hukuman terhadap komandan dan pejabat militer yang dituduh mengabaikan bahaya saat menempatkan pasukan dalam operasi di Ukraina.
