Dalam wawancara dengan surat kabar Chosun Ilbo yang dipublikasikan pada Senin (2/1), Yoon mengungkapkan bahwa Korsel dan AS tengah membahas rencana latihan nuklir gabungan untuk menangkal ancaman Korut.
Disebutkan juga oleh Yoon bahwa 'payung nuklir' dan 'pencegahan yang diperluas' yang sudah ada dari AS tidak lagi cukup untuk meyakinkan warga Korsel. 'Pencegahan yang diperluas' merujuk pada kemampuan militer AS, khususnya kekuatan nuklir, untuk mencegah serangan terhadap sekutu-sekutunya.
"Senjata nuklir itu milik Amerika Serikat, tapi perencanaan, pembagian informasi, latihan dan pelatihan harus dilakukan bersama oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat," ucap Yoon dalam wawancara itu. Ditambahkan juga oleh Yoon bahwa AS 'cukup positif' terhadap gagasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah pihak menafsirkan bahwa pernyataan Yoon itu mengindikasikan latihan nuklir gabungan yang lebih detail.
Dalam penjelasannya, seorang pejabat senior pemerintahan AS, yang enggan disebut namanya, menegaskan tidak ada kebingungan soal koordinasi kedua negara yang bersekutu itu.
Ditegaskan pejabat senior AS itu bahwa 'tindakan dan pernyataan Korut telah memicu kekhawatiran yang meningkat' sehingga mendorong AS-Korsel melakukan pembahasan soal respons terkoordinasi tersebut.
"(AS-Korsel) Tengah bekerja sama untuk memperkuat pencegahan yang diperluas, termasuk pada akhirnya melalui latihan table-top yang akan mengeksplorasi respons bersama kami terhadap berbagai skenario, termasuk penggunaan nuklir," jelas pejabat senior AS itu.
"Ini konsisten dengan pernyataan Presiden Yoon bahwa Amerika Serikat dan ROK (Korsel-red) akan memperluas perencanaan, berbagi informasi, latihan dan pelatihan," imbuhnya.
(nvc/dnu)