Rusia dikritik usai mengakui sedikitnya 63 tentaranya tewas akibat serangan militer Ukraina di kota Makiivka. Komando militer Rusia dituduh ceroboh karena menempatkan tentaranya di gedung yang tidak dilindungi dan berada di dekat gudang amunisi.
Dilansir CNN, Selasa (3/1/2023), Kementerian Pertahanan Rusia, dalam pengumuman yang tergolong langka, mengakui sedikitnya 63 tentaranya tewas 'akibat serangan empat rudal' di Makiivka, Donetsk, Ukraina bagian timur, yang dikuasai pasukan Moskow.
Angka itu tercatat sebagai jumlah korban jiwa terbesar yang dilaporkan Kementerian Pertahanan Rusia sejak invasi dilancarkan ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
Disebutkan Kementerian Pertahanan Rusia bahwa sistem roket HIMARS yang dipasok Amerika Serikat (AS) digunakan dalam serangan di Makiivka dan bahwa targetnya adalah titik pengerahan sementara untuk pasukan Moskow.
Serangan yang menghantam tentara Rusia di Ukraina itu memicu kritikan tajam untuk militer Rusia dari para blogger militer pro-Rusia, yang mengklaim bahwa tentara-tentara Moskow kurang perlindungan dan ditempatkan di gedung sekolah kejuruan yang bersebelahan dengan gudang yang menyimpan banyak amunisi.
Gudang amunisi itu dilaporkan ikut meledak ketika pasukan Ukraina meluncurkan roket-roket HIMARS ke gedung yang menampung tentara-tentara Rusia itu.
Igor Girkin, seorang propagandis Rusia yang mengulas perang di Ukraina via Telegram, mengklaim bahwa gedung itu hampir hancur total akibat ledakan sekunder dari gudang amunisi.
Girkin diketahui telah sejak lama mencela para jenderal militer Rusia, yang disebutnya mengarahkan perang dari posisi yang jauh dari garis depan. Girkin sebelumnya menjabat Menteri Pertahanan (Menhan) pada Republik Rakyat Donetsk, wilayah separatis pro-Rusia di Ukraina bagian timur.
Dia dinyatakan bersalah oleh pengadilan Belanda atas dakwaan pembunuhan massal atas keterlibatannya dalam ditembak jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina bagian timur tahun 2014 lalu.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya:
(fas/rfs)