Untuk pertama kalinya, Panama pada hari Selasa (20/12) waktu setempat memperingati hari berkabung nasional guna menandai peringatan invasi Amerika Serikat 33 tahun lalu untuk menggulingkan diktator Manuel Antonio Noriega.
"Kami berdoa untuk yang meninggal, melihat ke atas dan bergerak maju bersama," kata Presiden Laurentino Cortizo dalam seremoni yang dihadiri sekitar 300 kerabat korban, pejabat pemerintah, diplomat, tentara, dan aktivis.
Dilansir kantor berita AFP, Rabu (21/12/2022), bendera nasional dikibarkan setengah tiang di antara deretan plakat marmer di Peace Garden Cemetery di Panama City, tempat peristirahatan terakhir puluhan orang yang tewas pada 20 Desember 1989 ketika 27.000 tentara AS menyerbu negara itu dengan dukungan pesawat tempur, tank dan artileri berat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentara AS ketika itu datang untuk menggulingkan Noriega, yang diburu oleh pengadilan Miami, AS untuk menghadapi tuduhan perdagangan narkoba.
Secara resmi, 500 orang tewas tetapi kelompok-kelompok HAM mengklaim jumlah sebenarnya mencapai ribuan orang.
Di antara korban tewas yang dikuburkan di Peace Garden adalah anak-anak seperti Tomas Palacios, yang baru berusia 10 tahun ketika meninggal.
Setidaknya 200 orang yang tewas adalah warga sipil.
"Waktu belum selesai menyembuhkan luka ini," ujar Trinidad Ayola, perwakilan keluarga yang kehilangan orang tercinta.
Noriega, yang memerintah dari tahun 1983 hingga 1989, menyerah pada Januari 1990 dan dipenjara karena perdagangan narkoba dan hilangnya lawan-lawannya di Amerika Serikat, Prancis, dan Panama.
Setelah menjalani hukuman penjara di luar negeri, dia meninggal di Panama pada tahun 2017.
Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika pada tahun 2018 menyatakan Amerika Serikat bersalah atas "pelanggaran hak asasi manusia" dan memerintahkannya untuk "memberikan reparasi penuh."
Simak juga 'Kala Kapal Mencurigakan Dicegat Petugas, Ditemukan Ratusan Kilogram Kokain':
Para korban menuntut agar Washington mengakui invasi tersebut, memberi kompensasi kepada negara itu dan memberikan informasi tentang kuburan massal.
Pada bulan Maret lalu, Kongres Panama menyetujui deklarasi 20 Desember sebagai hari berkabung nasional.
Hingga saat ini, upaya pencarian dan penggalian korban dari kuburan massal terus dilakukan.
Banyak warga Panama memuji invasi AS karena mengakhiri dua dekade kediktatoran militer dan membuka pintu bagi pemilihan yang demokratis.
Namun, beberapa orang percaya bahwa Operasi Just Cause adalah upaya yang gagal untuk menunda penyerahan kendali bersama AS-Panama atas Terusan Panama, yang penting bagi perdagangan internasional, ke Panama pada tahun 1999 berdasarkan perjanjian internasional.