Ratusan turis asing terlantar di wilayah Machu Picchu yang terkenal di Peru setelah layanan kereta api dihentikan karena aksi-aksi protes yang diwarnai kekerasan. Ini terjadi menyusul penggulingan dan penangkapan mantan presiden Pedro Castillo.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (15/12/2022), keadaan darurat diumumkan pada Rabu (14/12) pagi waktu setempat, ketika para pendukung Castillo turun ke jalan dan membuat penghalang jalan di banyak lokasi, sebagai protes terhadap Presiden baru Dina Boluarte. Aksi-aksi protes tersebut telah menyebabkan tujuh orang tewas dan 200 lainnya luka-luka.
Para pejabat mengatakan hampir 800 turis dari berbagai negara terdampar sejak Selasa (13/12) lalu.
Mereka terjebak di kota di kaki gunung tempat Machu Picchu, objek wisata terpenting dalam pariwisata Peru dan situs Warisan Dunia UNESCO, berada.
Turis Israel, Gale Dut tidak dapat kembali ke Cusco untuk mengejar penerbangan ke luar negeri.
"Saya bersama anak-anak saya. Bagi saya, itu masalah," kata Dut kepada AFP.
Seorang turis Belgia, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Walter, mengatakan "tidak jelas" bagaimana dia bisa pulang jika dia tidak bisa kembali ke Cusco untuk mengejar penerbangan ke Lima, ibu kota Peru.