Mantan Presiden Peru Pedro Castillo diduga berada di bawah pengaruh obat-obatan saat dirinya berpidato untuk membubarkan Kongres. Dia disebut tidak ingat telah menyampaikan pidato nasional yang menyebabkan kejatuhannya itu.
Dilansir AFP, Sabtu (10/12/2022), hal itu disampaikan oleh mantan kepala staf Castillo, Guido Bellido dalam postingan di Twitter.
Diketahui bahwa Kongres Peru seharusnya bersidang untuk memutuskan pemakzulan Castillo pada hari Rabu (7/12) atas tuduhan korupsi. Namun, pemimpin Peru itu mendahului mereka dengan mengumumkan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa dia membubarkan Kongres dan akan memerintah dengan dekrit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada indikasi bahwa presiden dipaksa membaca pesan pembubaran, dan siapa pun yang menulis teks itu melakukannya untuk memberikan argumen atas pemecatannya," tulis Guido Bellido di Twitter.
Bellido telah mengunjungi mantan bosnya itu di markas polisi di ibu kota Lima, tempat dia ditahan seiring dirinya diselidiki atas pemberontakan dan konspirasi. Dia mempertanyakan kondisi mental Castillo.
"Kondisi psikologis P. Castillo ketika membaca pesan kepada bangsa menunjukkan bahwa dia tidak mengendalikan kemampuannya, ini menunjukkan bahwa dia bisa saja diberi obat, tes toksikologi sangat dibutuhkan," katanya.
Bellido, yang merupakan kepala staf pertama Castillo pada tahun 2021, memposting foto Castillo dalam tahanan, dengan pesan "Yang kuat, Presiden, rakyat akan membebaskan Anda."
Dugaan bahwa Castillo berpidato di bawah pengaruh obat-obatan juga dikemukakan oleh Guillermo Olivera, salah seorang pengacaranya.
"Ketika mantan presiden membaca pesan yang ditulis oleh orang lain, beberapa menit sebelumnya mereka memberinya minum, diduga air, dan setelah minum air itu dia merasa tercengang," kata Olivera kepada wartawan.
Simak Video: Penyebab Presiden Peru Dimakzulkan dan Ditangkap