Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat Antony Blinken mengatakan bahwa tindakan "represif" China terhadap aksi-aksi protes atas aturan COVID-19 menunjukkan "kelemahan" kepemimpinan komunis.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (1/12/2022), Blinken, dalam sebuah wawancara dengan NBC News, mengatakan bahwa orang-orang di semua negara memiliki hak untuk "mengungkapkan rasa frustrasi mereka melalui protes damai".
"Di negara mana pun di mana kami melihat hal itu terjadi dan kemudian kami melihat pemerintah mengambil tindakan represif besar-besaran untuk menghentikannya, itu bukan tanda kekuatan, itu tanda kelemahan," kata Blinken.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Blinken, yang berencana melakukan perjalanan ke China tahun depan di tengah meredanya ketegangan antara Amerika Serikat dan China, menolak untuk mengatakan apakah protes tersebut mempengaruhi posisi pribadi Presiden Xi Jinping.
Blinken mengatakan bahwa kebijakan nol-COVID China, pemicu awal aksi-aksi protes, adalah "bukan sesuatu yang akan kami lakukan." Dia menambahkan bahwa Amerika Serikat lebih berfokus pada vaksin, pengujian, dan pengobatan.
"China harus mencari jalan ke depan untuk menangani COVID, jalan yang menjawab kebutuhan kesehatan tetapi juga menjawab kebutuhan rakyat," kata Blinken.
Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Joe Biden memantau aksi-aksi protes yang jarang terjadi di China tersebut.
"Dia memantau ini. Kita semua. Jadi ya, presiden pasti tetap berhati-hati," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby kepada wartawan.
Kirby tidak menjelaskan reaksi Biden terhadap tuntutan para demonstran. "Presiden tidak akan berbicara untuk pengunjuk rasa di seluruh dunia. Mereka berbicara untuk diri mereka sendiri," ujarnya.
Namun, dia menekankan dukungan AS untuk hak-hak para demonstran. "Orang-orang harus diberi hak untuk berkumpul dan memprotes secara damai kebijakan atau undang-undang atau perintah yang mereka permasalahkan," kata Kirby.