Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan memberikan bantuan keuangan sebesar lebih dari US$ 845 juta (Rp13,2 triliun) kepada Yordania. Bantuan keuangan itu bersifat tahunan untuk Yordania yang sangat bergantung pada bantuan asing.
Seperti dilansir AFP, Senin (28/11/2022), pemerintah Yordania menyebut Perdana Menteri (PM) Bisher al-Khasawneh hadir langsung dalam seremoni penandatanganan 'perjanjian dengan Amerika Serikat untuk alokasi dukungan finansial tahunan sebesar US$ 845,1 juta'.
Penandatanganan itu dilakukan oleh Menteri Perencanaan dan Kerja Sama Internasional Zeina Toukan dan pejabat USAID Margaret Spears dalam seremoni di Amman, ibu kota Yordania.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui bahwa Yordania merupakan sekutu utama Barat di kawasan Timur Tengah.
"Yordania sangat berterima kasih atas dukungannya, yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat memahami tantangan (yang dihadapi Yordania)," sebut Khasawneh dalam pernyataannya.
Dituturkan Toukan dalam seremoni penandatanganan itu bahwa AS akan memberikan bantuan keuangan itu pada akhir bulan. Dia juga menyebut bahwa bantuan keuangan itu akan digunakan untuk 'mendanai proyek-proyek pembangunan dan melaksanakan reformasi ekonomi di berbagai sektor'.
Pada September lalu, AS berkomitmen memberikan bantuan sebesar US$ 10,15 miliar untuk Yordania antara tahun 2023 hingga 2029.
Sebagai negara dengan wilayah yang tidak terlalu luas, Yordania hanya memiliki sedikit sumber daya alam dan satu pelabuhan, Aqaba, di Laut Merah.
Bank Dunia menyebut Yordania memiliki banyak utang dan menghadapi angka 23 persen pengangguran di negaranya.
Sekitar 675.000 pengungsi dari Suriah yang terus dilanda konflik berkelanjutan dan terdaftar pada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kini ada di Yordania. Otoritas Amman memperkirakan jumlah sebenarnya bisa mencapai dua kali lipat dan menyebut biaya menampung mereka telah melampaui US$ 12 miliar.