Lika-liku Panjang Jejak Anwar Ibrahim, Dulu Dibui Kini Jadi Perdana Menteri

Lika-liku Panjang Jejak Anwar Ibrahim, Dulu Dibui Kini Jadi Perdana Menteri

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Kamis, 24 Nov 2022 17:11 WIB
FILE - Jailed opposition icon Anwar Ibrahim reacts to supporters as he leaves a hospital in Kuala Lumpur, Malaysia, May 16, 2018. Malaysias king on Thursday, Nov. 24, 2022, named Anwar as the countrys prime minister, ending days of uncertainties after divisive general elections produced a hung Parliament. (AP Photo/Vincent Thian, File)
Foto: Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (AP Photo/Vincent Thian, File)
Jakarta -

Anwar Ibrahim menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia setelah penantian dua dekade. Karier politik Ibrahim bisa dibilang penuh lika-liku terjal termasuk saat menghuni penjara.

Seperti dilansir AFP dan Malay Mail, Kamis (24/11/2022), Anwar (75) memiliki karier politik yang panjang dan membentang selama empat dekade terakhir di Malaysia. Ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR) ini bahkan dijuluki pemimpin oposisi abadi karena cukup lama memimpin oposisi pemerintahan.

Karier politik Anwar dimulai pada tahun 1982 silam, ketika dirinya yang masih berstatus pemimpin pemuda Muslim bergabung dengan Partai Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) -- partai politik besar yang berkuasa selama lebih dari 60 tahun di Malaysia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Sosoknya melejit dan karier politiknya meroket saat dia terpilih menjabat sebagai Menteri Keuangan dan kemudian Wakil PM pada awal tahun 1990-an di bawah pemerintahan Mahathir. Saat itu, sosok Anwar menjadi penyeimbang muda untuk veteran politik seperti Mahathir.

Berseteru dengan Mahathir

Anwar dan Mahathir dianggap sebagai duo paling dinamis dalam perpolitikan Malaysia pada saat itu. Namun tak diduga, hubungan keduanya memburuk tak lama kemudian.

Ketegangan memuncak saat krisis keuangan menyelimuti Asia tahun 1997-1998, ketika Mahathir dan Anwar dilanda perselisihan sengit soal cara menangani krisis.

Didakwa Kasus Korupsi dan Sodomi

Sejumlah pengamat menyebut Anwar terlalu tidak sabar untuk menjadi PM, bahkan meremehkan Mahathir sebagai pelindungnya. Mahathir kemudian memecat Anwar, yang juga diusir keluar dari keanggotaan UMNO dan didakwa atas korupsi juga sodomi.

Anwar dijatuhi hukuman enam tahun penjara atas dakwaan korupsi tahun 1999 silam. Setahun kemudian, dia juga menerima hukuman tambahan sembilan tahun penjara untuk dakwaan sodomi yang menjeratnya. Kedua hukuman itu dijalani Anwar secara berturut-turut.

Saat Anwar mengklaim dirinya mengalami persekusi politik, unjuk rasa pecah di jalanan Malaysia dan berkembang menjadi gerakan menyerukan reformasi demokrasi.

Foto Anwar dengan mata menghitam, yang dipicu oleh Kepala Kepolisian Malaysia saat itu, dipublikasikan oleh surat-surat kabar di seluruh dunia. Sosok Anwar pun berubah menjadi simbol perjuangan yang mengadopsi seruan 'Reformasi!' di Malaysia.

Pertikaian Anwar dan Mahathir mendominasi dan membentuk politik Malaysia selama empat dekade terakhir. Hingga tahun 2004, Mahkamah Agung Malaysia membatalkan hukuman yang dijatuhkan terhadap Anwar untuk kasus sodomi dan membebaskannya dari penjara.

Saat berkunjung ke Indonesia, Anwar Ibrahim sempat berkisah tentang masa jaya dan terpuruknya saat menjadi pejabat Malaysia. Dia menceritakan kisah kehidupannya saat di istana sampai ke penjara.

"Saya pernah diletakkan sebagai Pemangku Perdana Menteri, yang tertinggi di negara dengan bintang gemerlapan terselit di dada," kata Anwar dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (30/01/2012).

Dijelaskan Anwar, pada saat itu tidak ada makanan yang tidak enak yang dia makan lantaran tinggal di istana. Soal pemberian nama makan kala di istana lebih akrab ditelinganya 'santapan' daripada 'makanan'.

Namun, semua itu berubah saat dia dijebloskan ke penjara. Badannya tak lagi bugar, serta makanan yang dia makan pun dicampakkan pakai plastik, seperti binatang.

"Dari bintang gemerlap, ditelanjang bulat," ungkap Anwar.

Kembali Pimpin Koalisi Oposisi

Sempat istirahat sebentar dari dunia politik dan memilih menjadi akademisi, Anwar kembali memimpin koalisi oposisi dalam pemilu Malaysia tahun 2013. Koalisi pimpinannya meraup 50,87 persen suara populer, namun gagal mendapatkan jumlah kursi yang cukup untuk mendominasi parlemen.

Dia kembali dijebloskan ke penjara atas tuduhan sodomi untuk kedua kalinya tahun 2015. Kali ini, Anwar dijatuhi hukuman lima tahun penjara, saat usianya menginjak 70 tahun. Selama dipenjara, Anwar bersikeras menyatakan dirinya tidak bersalah.

Dan akhirnya, Anwar menerima pengampunan penuh dari Raja Malaysia setelah menjalani masa hukuman selama tiga tahun penjara. Dia kembali ke parlemen beberapa bulan kemudian setelah memenangkan kursi parlemen dalam pemilu sela.

Berkoalisi dengan Mahathir

Dalam pemilu tahun 2018, Anwar sepakat berkoalisi dengan Mahathir setelah keduanya berbaikan. Koalisi keduanya, yang disebut Pakatan Harapan, berhasil menumbangkan koalisi Barisan Nasional dan Najib Razak dari kursi PM Malaysia di tengah skandal korupsi 1MDB yang menjeratnya.

Mahathir terpilih menjadi PM Malaysia untuk kedua kalinya usai koalisinya dengan Anwar memenangkan pemilu. Saat itu ada kesepakatan untuk Mahathir menyerahkan kursi PM kepada Anwar setelah beberapa waktu. Namun kesepakatan itu tidak pernah terwujud dan koalisi keduanya hancur setelah 22 bulan.

Anwar lagi-lagi gagal menjadi PM Malaysia. Namun akhirnya, dalam pemilu 19 November 2022, koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar berhasil meraup kursi parlemen terbanyak, dengan 82 kursi, dibandingkan koalisi Perikatan Nasional yang dipimpin Muhyiddin Yassin dengan 73 kursi.

Jadi PM Malayasia

Tapi jumlah kursi itu tidak mencapai ambang batas 112 kursi -- dari total 222 kursi parlemen -- yang dibutuhkan untuk bisa membentuk pemerintahan baru dan menunjuk PM Malaysia selanjutnya. Kebuntuan politik kembali terjadi di Malaysia, hingga memicu Raja Malaysia untuk turun tangan mencari penyelesaiannya.

Setelah beberapa hari melakukan pertimbangan, mulai dari memanggil Anwar dan Muhyiddin ke Istana Negara hingga menggelar sidang khusus dengan sembilan Raja-raja Melayu, Raja Malaysia atau Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah akhirnya setuju menunjuk Anwar menjadi PM.

"Setelah mempertimbangkan pandangan-pandangan Yang Mulia Penguasa Melayu, Yang Mulia telah memberikan persetujuan untuk menunjuk Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri ke-10 Malaysia," demikian pernyataan Istana Negara Malaysia.

Anwar rencananya akan dilantik di Istana Negara pada Kamis (24/11) pukul 17.00 waktu setempat. Keinginan Anwar menjadi PM Malaysia pun terwujud setelah penantian panjang selama lebih dari dua dekade terakhir.

Halaman 2 dari 3
(rdp/imk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads