Korea Utara (Korut) menuntut agar Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) menghentikan latihan militer gabungan skala besar. Otoritas Korut menyebut latihan militer itu sebagai provokasi yang bisa memicu 'tindakan lanjutan yang lebih kuat' dari Pyongyang.
"Situasi di Semenanjung Korea dan sekitarnya telah memasuki fase konfrontasi kekuatan serius demi kekuasaan karena langkah militer tanpa henti dan sembrono dari AS dan Korea Selatan," kata Kementerian Luar Negeri Korut melalui Korean Central News Agency (KCNA) dan dilansir Reuters, Selasa (1/11/2022).
AS dan Korsel memulai salah satu latihan militer gabungan terbesar di udara pada Senin (31/10) waktu setempat. Ratusan pesawat militer dari kedua negara melancarkan simulasi serangan selama 24 jam sehari dalam sepekan ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latihan gabungan bernama Vigilant Storm itu akan digelar hingga Jumat (4/11) mendatang, dan menurut Angkatan Udara AS, akan melibatkan 240 pesawat tempur yang melancarkan sekitar 1.600 serangan mendadak.
Washington DC dan Seoul meyakini Pyongyang akan menggelar uji coba bom nuklir terbaru, atau pertama kali sejak tahun 2017, dalam waktu dekat.
Kedua negara itu juga menerapkan strategi 'menghalangi' Korut melalui latihan militer besar-besaran, yang menurut beberapa pejabat dan mantan pejabat, bisa memperburuk ketegangan.
Kementerian Luar Negeri Korut dalam pernyataannya menyebut Korut 'siap mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kedaulatannya, keamanan rakyatnya, dan integritas wilayahnya dari ancaman militer luar'.
"Jika AS terus-menerus melakukan provokasi militer serius, DPRK (nama resmi Korut) akan mempertimbangkan langkah-langkah tindak lanjut yang lebih kuat," tegas Kementerian Luar Negeri Korut dalam pernyataannya.
"Jika AS tidak menginginkan perkembangan serius yang tidak sesuai dengan kepentingan keamanannya, AS harus segera menghentikan latihan perang yang tidak berguna dan tidak efektif. Jika tidak, mereka harus menanggung semua konsekuensi sepenuhnya," cetus pernyataan itu.
Korut sebelumnya mengutuk keras latihan militer gabungan semacam itu, yang dianggap sebagai latihan invasi dan bukti kebijakan bermusuhan dari Washington DC dan Seoul. Sebagai bentuk protes atas latihan militer baru-baru ini, Pyongyang meluncurkan sejumlah rudal, melakukan latihan udara dan menembakkan artileri ke lautan.
Namun AS dan Korsel menegaskan bahwa latihan gabungan semacam itu diperlukan untuk menangkal potensi ancaman dari Korut, yang telah melakukan peluncuran rudal dengan jumlah mencetak rekor sepanjang tahun ini, dan melakukan persiapan untuk uji coba nuklir terbaru.