Militer AS Diingatkan Harus Siap Merespons Invasi China ke Taiwan

Militer AS Diingatkan Harus Siap Merespons Invasi China ke Taiwan

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 20 Okt 2022 14:10 WIB
FILE - In this Sept. 25, 2015, file photo, a military honor guard await the arrival of Chinese President Xi Jinping for a state arrival ceremony at the White House in Washington. China on Tuesday, Dec. 8, 2020, lashed out at the U.S. over new sanctions against Chinese officials and the sale of more military equipment to Taiwan. (AP Photo/Andrew Harnik, File)
Ilustrasi bendera AS dan China (Foto: AP Photo/Andrew Harnik, File)
Jakarta -

Seorang laksamana senior Amerika Serikat mengatakan bahwa militer AS harus siap untuk merespons kemungkinan invasi China ke Taiwan, paling cepat tahun ini. Hal ini menandai meningkatnya kekhawatiran atas niat Beijing terhadap pulau itu.

Dilansir kantor berita AFP, Kamis (20/10/2022), Laksamana Michael Gilday, kepala operasi Angkatan Laut AS, merupakan pejabat senior terbaru di Washington yang menyampaikan kekhawatiran bahwa Presiden China Xi Jinping mungkin jauh lebih bersedia daripada yang diperkirakan sebelumnya untuk merebut Taiwan.

Xi menyampaikan pidato penting Kongres Partai Komunis pada hari Minggu lalu, di mana dia menyatakan kembali sumpahnya untuk suatu hari "menyatukan kembali," atau mengambil paksa Taiwan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam diskusi dengan sebuah think-tank, Atlantic Council, Gilday ditanya tentang pidato Xi tersebut dan apakah dia setuju dengan komentar para laksamana AS lainnya bahwa Beijing akan siap untuk merebut Taiwan pada tahun 2027.

"Bukan hanya apa yang dikatakan Presiden Xi, tetapi bagaimana orang-orang China berperilaku dan apa yang mereka lakukan," kata Gilday kepada Dewan Atlantik.

ADVERTISEMENT

"Dan apa yang telah kita lihat selama 20 tahun terakhir adalah bahwa mereka telah memenuhi setiap janji yang mereka buat lebih awal dari yang mereka katakan," imbuhnya.

"Jadi ketika kita berbicara tentang jendela 2027 dalam pikiran saya, itu pasti jendela 2022 atau berpotensi jendela 2023," tambahnya.

"Saya tidak bisa mengesampingkan hal itu. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk menjadi khawatir dengan mengatakan itu. Hanya saja kita tidak bisa mengabaikannya," cetusnya.

Partai Komunis China tidak pernah menguasai Taiwan tetapi mengklaim pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai miliknya.

Sikap Beijing telah lama menginginkan "penyatuan kembali secara damai" dengan Taiwan, tetapi menyatakan berhak untuk menggunakan kekuatan jika perlu, terutama jika pulau itu secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan.

Invasi Rusia baru-baru ini ke Ukraina, yang tidak dikecam oleh China, juga menimbulkan kekhawatiran bahwa Beijing mungkin mengambil langkah serupa terhadap Taiwan.

Komentar Gilday ini disampaikan sehari setelah Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken memperingatkan bahwa Beijing ingin merebut Taiwan "pada waktu yang jauh lebih cepat" daripada yang diperkirakan sebelumnya. Dia menambahkan bahwa "China yang sangat berbeda" telah muncul di bawah Xi.

"Di dalam negeri lebih represif, di luar negeri lebih agresif," ujar Blinken.

Halaman 3 dari 2
(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads