Seperti dilansir Reuters, Senin (17/10/2022), laporan kantor berita Rusia, RIA News Agency, menyebut dua pria bersenjata melepas tembakan dengan sejumlah senjata ringan saat latihan tembak digelar di area pelatihan militer yang ada di pangkalan militer Rusia di Belgorod pada Sabtu (15/10) waktu setempat.
Penembakan itu disebut menargetkan para personel yang secara sukarela bertempur untuk Rusia di Ukraina. Disebutkan RIA News Agency bahwa para pelaku, yang disebut sebagai 'teroris', telah ditembak mati usai melakukan aksinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Xi Jinping Tegaskan China Tetap Berhak Gunakan Kekuatan Atas Taiwan
Presiden China Xi Jinping menegaskan negaranya bertekad untuk menyelesaikan masalah Taiwan. Xi juga menyatakan China tidak akan pernah melepaskan haknya untuk menggunakan kekuatan, namun tetap mengupayakan resolusi damai.
Seperti dilansir Reuters, Senin (17/10/2022), pernyataan itu disampaikan Xi dalam pembukaan kongres ke-20 Partai Komunis China yang digelar di Beijing pada Minggu (16/10) waktu setempat.
Ketegangan antara Beijing dan Taipei meningkat secara dramatis sejak Agustus lalu setelah China menggelar latihan perang di dekat wilayah perairan Taiwan, sebagai protes atas kunjungan kontroversial Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taipei. Aktivitas militer China itu terus berlanjut meski sedikit dikurangi.
- Ibu Kota Ukraina Diserang Drone 'Kamikaze' Rusia, 3 Ledakan Terdengar
Otoritas Ukraina mengklaim serangan sejumlah drone 'kamikaze' dari militer Rusia mengguncang ibu kota Kiev pada Senin (17/10) pagi waktu setempat. Tiga suara ledakan dilaporkan terdengar di wilayah Kiev.
Seperti dilansir CNN, Senin (17/10/2022), kepala staf kepresidenan Ukraina, Andriy Yermak, dalam pernyataannya menyebut serangan drone itu sebagai bentuk keputusasaan Rusia.
"Rusia berpikir itu akan membantu mereka, tapi tindakan-tindakan ini menunjukkan keputusasaan," ujar Yermak.
Dia pun mengulang kembali seruan agar sekutu-sekutu Barat mengirimkan pasokan sistem pertahanan rudal yang lebih canggih kepada Ukraina.
"Kami membutuhkan lebih banyak pertahanan udara sesegera mungkin. Kami tidak punya waktu untuk menunda-nunda. Kami membutuhkan lebih banyak senjata untuk melindungi angkasa dan menghancurkan musuh," cetus Yermak.
(ita/ita)