Kematian wanita muda Iran, Mahsa Amini, usai ditahan polisi moral atas pelanggaran aturan hijab pertengahan September lalu telah memicu unjuk rasa besar-besaran. Otoritas Teheran memberikan penjelasan soal apa yang sebenarnya terjadi di negara tersebut.
Seperti disampaikan Kedutaan Besar Iran di Jakarta dalam keterangan pers yang diterima detikcom, Jumat (30/9/2022), otoritas Iran membentuk tim investigasi dan pencari fakta khusus untuk mengklarifikasi semua aspek terkait kematian Amini pada 16 September lalu, atau tiga hari usai ditahan polisi.
"Tim-tim investigasi ini telah mulai bekerja sesuai dengan misi dan tujuan masing-masing untuk menghasilkan penyelidikan yang cepat, adil, tidak memihak, efektif dan independen atas insiden kematian Mahsa Amini," jelas Kedubes Iran dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Termasuk dengan melakukan penelitian lapangan dan eksperimen ilmiah, meninjau catatan medis, memintai keterangan orang-orang dan pihak-pihak yang relevan serta meninjau rekaman CCTV. Hasil dari investigasi dan pencarian fakta oleh tim-tim tersebut secara terpisah akan diserahkan kepada otoritas kehakiman Iran," imbuh pernyataan itu.
Berbagai instruksi diterbitkan para pejabat Iran agar penyelidikan peristiwa itu dilakukan secara akurat, cepat dan transparan. Presiden Iran Ebrahim Raisi telah menghubungi keluarga Amini untuk menyampaikan belasungkawa dan simpati. Raisi juga menugaskan badan-badan terkait untuk menyelidiki lebih lanjut kematian Amini.
"Presiden Raisi telah memerintahkan Menteri Dalam Negeri untuk segera melakukan investigasi yang tepat dan akurat mengenai penyebab insiden meninggalnya Mahsa Amini," tutur Kedubes Iran.
Kepala otoritas kehakiman Iran, Mohseni Eje'i, juga menugaskan Badan Kepolisian Forensik Iran untuk menyelidiki penyebab kematian Amini secara hati-hati dan teliti. Mohseni Eje'i memerintahkan penyelidikan dilakukan secara menyeluruh dan mendalam terhadap seluruh rekaman CCTV umum dan pribadi di lokasi kejadian.
Lebih lanjut, Kedubes Iran menyatakan keberatan dengan pemberitaan media-media Barat, juga pernyataan Komisioner Tinggi HAM PBB, soal tuduhan Amini diserang dan dipukul di kepala sebelum meninggal.
"Kesimpulan seperti ini terlalu dini untuk disampaikan mengingat investigasi dan penyelidikan masih berlangsung. Kesimpulan yang dituduhkan oleh mereka merupakan sebuah tindakan provokatif dan tidak beralasan," sebut Kedubes Iran dalam pernyataannya.
Dalam penjelasannya, Kedubes Iran menyebut bahwa dalam kasus kematian Amini, sejauh ini satu-satunya dokumentasi medis yang bisa dikutip adalah kasus rawat inap untuk operasi otak di Teheran tahun 2007 ketika Amini berusia 8 tahun.
"Begitu juga tidak terdapat tanda-tanda cedera pada kepala dan wajah tubuh Mahsa Amini. Hasil otopsi juga tidak menunjukkan jejak pendarahan, penghancuran, atau pecahnya organ dalam tubuh. Sementara itu, menentukan sebab kematian adalah hal yang membutuhkan waktu," demikian pernyataan Kedubes Iran.
Ditegaskan Kedubes Iran bahwa hasil penyelidikan awal menunjukkan tidak ada tindak kekerasan terhadap Amini.
"Menurut Menteri Dalam Negeri Republik Islam Iran, hasil penyelidikan awal dan laporan yang dibuat oleh Rumah Sakit Kasra membuktikan bahwa tidak ada tindakan kekerasan dan pukulan apapun terhadap Mahsa Amini dan kini berbagai lembaga terkait sedang bekerja untuk menentukan penyebab kematian Mahsa Amini," imbuh Kedubes Iran dalam pernyataannya.
Lihat juga video 'Serangan Rudal Iran ke Irak Tewaskan 9 Orang':