Kepolisian Iran memperingatkan akan menindak tegas para demonstran yang terlibat dalam aksi memprotes kematian wanita muda bernama Mahsa Amini usai ditahan polisi moral karena melanggar aturan hijab. Unjuk rasa memprotes kematian Amini marak digelar di Iran selama dua pekan terakhir.
Seperti dilansir AFP, Rabu (28/9/2022), puluhan orang dilaporkan tewas sejak unjuk rasa pecah di berbagai wilayah Iran sejak 16 September lalu, saat Amini (22) diumumkan meninggal dunia.
Amini yang berasal dari Provinsi Kurdistan itu jatuh koma dan meninggal usai ditahan polisi moral di Teheran, atas tuduhan melanggar aturan ketat yang berlaku di negara itu soal pemakaian hijab dan pakaian sopan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini, musuh Republik Islam Iran dan beberapa perusuh berupaya mengganggu ketertiban, keamanan dan kenyamanan negara dengan menggunakan dalih apapun," sebut komando Kepolisian Iran dalam pernyataannya.
"Para polisi akan melawan dengan sekuat tenaga konspirasi elemen-elemen kontra-revolusioner dan bermusuhan, dan menangani secara tegas, pihak-pihak yang mengganggu ketertiban umum dan keamanan di mana pun di negara ini," imbuh komando kepolisian seperti dikutip kantor berita Fars.
Laporan kantor berita Fars, pada Selasa (27/9) waktu setempat, menyebut 'sekitar 60 orang' tewas sejak kematian Amini pada 16 September. Angka itu meningkat jika dibandingkan angka kematian resmi -- 41 kematian -- yang diumumkan otoritas Iran pada Sabtu (24/9) waktu setempat.
Para pejabat Iran menyatakan pada Senin (26/9) waktu setempat bahwa pihaknya telah melakukan lebih dari 1.200 penangkapan, yang mencakup para aktivis, pengacara dan jurnalis.
Secara terpisah, laporan kelompok pemantau HAM, Iran Human Rights (IHR), seperti dilansir DW, menyebut sedikitnya 75 orang yang tewas di Iran.
Simak video 'Aksi Protes Kematian Mahsa Amini Pecah di Inggris':