Seorang anak perempuan dari mantan Presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani ditangkap otoritas Iran atas tuduhan menghasut aksi protes. Penangkapan itu dilakukan saat Iran marak dilanda unjuk rasa memprotes kematian wanita muda bernama Mahsa Amini usai ditahan polisi moral karena melanggar aturan hijab.
"Faezeh Hashemi telah ditangkap di sebelah timur Teheran oleh badan keamanan karena menghasut para perusuh untuk melakukan protes jalanan," demikian dilaporkan kantor berita Tasnim, seperti dilansir AFP, Rabu (28/9/2022).
Aksi memprotes kematian Amini telah memasuki hari ke-12 pada Selasa (27/9) waktu setempat, sejak dia diumumkan meninggal dunia pada 16 September lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amini yang berasal dari Provinsi Kurdistan itu jatuh koma dan meninggal usai ditahan polisi moral di Teheran, atas tuduhan melanggar aturan ketat yang berlaku di negara itu soal pemakaian hijab dan pakaian sopan.
Hashemi, putri dari Akbar Hashemi, merupakan mantan anggota parlemen Iran dan dikenal sebagai aktivis hak-hak perempuan. Dia sebelumnya pernah berurusan dengan hukum di Iran.
Pada Juli lalu, Hashemi didakwa melakukan aktivitas propaganda melawan negara dan melakukan penistaan agama dalam komentarnya via media sosial. Tahun 2012 lalu, Hashemi divonis enam bulan penjara atas dakwaan 'propaganda melawan Republik Islam'.
Hashemi juga diketahui pernah melontarkan sejumlah komentar kontroversial. Salah satunya, seperti dilaporkan media lokal, Hashemi pernah menyebut tuntutan otoritas Iran agar Garda Revolusi dihapus dari daftar teror Amerika Serikat (AS) sebagai tuntutan yang 'merusak kepentingan nasional' Iran.
Simak Video 'Aksi Protes Kematian Mahsa Amini Pecah di Inggris':
Tidak hanya itu, dia juga pernah melontarkan komentar soal Khadija, istri Nabi Muhammad SAW. Dalam komentarnya, Hashemi dilaporkan menyebut Khadija 'seorang pengusaha wanita', yang disebutnya menunjukkan bahwa wanita juga bisa terlibat dalam aktivitas ekonomi.
Menanggapi komentarnya itu, menurut kantor berita IRNA, Hashemi menyebutnya hanyalah 'lelucon... tanpa niat untuk menghina'.
Ayah Hashemi yang meninggal dunia tahun 2017, dikenal sebagai sosok moderat yang mendukung hubungan baik dengan Barat dan Amerika Serikat (AS).