Sejumlah helikopter militer Myanmar dilaporkan melepaskan tembakan ke sebuah sekolah di area Sagaing. Sedikitnya enam anak tewas dan 17 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan itu.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (20/9/2022), sejumlah media lokal Myanmar, seperti Mizzima dan Irrawaddy, melaporkan bahwa sejumlah helikopter militer menembaki sebuah sekolah yang berlokasi di sebuah biara Buddha di desa Let Yet Kone, Sagaing bagian tengah.
Laporan menyebut beberapa anak tewas seketika di lokasi serangan. Sejumlah anak lainnya disebut tewas setelah tentara Myanmar masuk ke dalam desa tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua warga lokal, yang menolak disebut namanya karena alasan keamanan, menuturkan via telepon bahwa beberapa jenazah korban diangkut oleh militer ke sebuah kota yang berjarak 11 kilometer jauhnya dan dimakamkan di sana.
Gambar-gambar yang diposting ke media sosial menunjukkan apa yang tampak seperti kerusakan di lokasi serangan, termasuk beberapa lubang bekas peluru dan noda darah di gedung sekolah tersebut.
Reuters tidak bisa memverifikasi secara independen soal laporan itu. Serangan brutal itu dilaporkan terjadi pada Jumat (16/9) waktu setempat.
Dalam pernyataan terpisah, militer Myanmar berdalih personelnya melepaskan tembakan karena para pemberontak menggunakan gedung sekolah itu untuk menyerang pasukannya.
Simak juga 'Myanmar Tolak Kecaman Global Terkait Eksekusi 4 Aktivis Demokrasi':
Disebutkan militer Myanmar bahwa kelompok pemberontak Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) dan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) -- organisasi yang menjadi payung gerilyawan bersenjata yang disebut junta Myanmar sebagai 'teroris' -- bersembunyi di dalam biara tersebut.
Disebutkan juga bahwa pemberontak memanfaatkan desa itu untuk mengangkut persenjataan di area sekitar.
Menurut militer Myanmar dalam penjelasannya, pasukan keamanan yang dikirim dengan helikopter tengah melakukan 'inspeksi mendadak' ketika diserang oleh PDF dan KIA yang bersembunyi di dalam rumah-rumah dan di dalam biara itu.
Militer Myanmar menegaskan pasukan keamanan merespons serangan itu dan mengakui sejumlah warga desa tewas dalam bentrokan itu. Disebutkan bahwa para korban luka dibawa ke rumah sakit setempat untuk menjalani perawatan medis.
Dalam pernyataannya, militer Myanmar menuduh pemberontak bersenjata memanfaatkan warga desa sebagai tameng manusia dan mengklaim berbagai persenjataan termasuk 16 bom rakitan telah disita dari lokasi tersebut.